NAMA
: Arief
Budiman P.H.
NIM : 101201180
KELAS
: HUT 5-D
BAB
I
Judul : PENGEMBANGAN POTENSI KOTA MEDAN DALAM BIDANG KULINER
“BIKA AMBON”
BAB
II
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Namanya
memang ‘Pisang Ambon’ (Musa Paradisiaca L), di wilayah di luar kota
Ambon, tapi di Ambon namanya malah ‘Pisang Meja’. Kalau sejumlah orang ditanya
tentang itu, tidak sangat jelas apa sebab musabab dan dari siapa nama itu jadi
populer. Sejarahnya juga sudah bercampur mitos.
Menurut
penjelasan M Muhar Omtatok, seorang seorang budayawan dan sejarahwan,
Kue Bika Ambon terilhami dari Kue khas Melayu yaitu Bika atau Bingka.
Selanjutnya dimodifikasi dengan bahan pengembang berupa Nira/Tuak Enau hingga
berongga & berbeda dari kue Bika atau Bingka khas Melayu itu. Selanjutnya M
Muhar Omtatok menyebutkan bahwa kue ini disebut Bika Ambon karena pertama
sekali dijual & popular di simpang Jl Ambon – Sei Kera Medan.
Bika
ambon dikenal sebagai oleh-oleh khas Kota Medan, Sumatera Utara. Di Medan, Jalan
Mojopahit di daerah Medan Petisah
terdapat sedikitnya 30 toko yang menjual kue ini. Setiap toko di lokasi ini
bisa menjual lebih dari 1.000 bungkus bika ambon per hari apabila menjelang
hari raya. Diperkirakan, sebutan bika ambon muncul dari kebiasaan masyarakat
yang dahulu baru mengenal bika yang diproduksi di jalan ambon, Medan.
Penyebutan bika ambon akhirnya menjadi tradisi seiring dengan berkembangnya
industri makanan ini
Bika ambon adalah sejenis panganan asal Indonesia. Terbuat dari
bahan-bahan seperti telur, gula, dan santan, bika ambon umumnya dijual
dengan rasa pandan, meskipun kini juga
tersedia rasa-rasa lainnya seperti durian, keju, dan cokelat. Bika ambon biasanya
dapat bertahan dalam kondisi terbaik selama sekitar empat hari karena setelah
itu kue tersebut mulai mengeras.
2.
Permasalahan
Bika ambon yang ada di Medan mulai tergusur oleh
banyaknya toko roti yang makin menjamur.Salah satunya adalah panganan bolu.Bolu
mulai menggantikan bika ambon sebagai oleh oleh khas Medan.Ini dikarenakan bika
ambon ada yang tidak bersertifikasi halal dan beberapa alasan lain..
BAB III
Potensi Wilayah Dari
Kota Medan
Potensi Kuliner
Apa yang
pertama kali hinggap di pikiran lawan bicara kita ketika mendengar kata Medan?
Boleh jadi cerita tentang keindahan Danau Toba (padahal tidak terletak di Kota
Medan), ramainya lalu lintas sehari-hari, karakter masyarakatnya yang dicap
kasar ataupun kalau untuk oleh-oleh hanya bika ambon. Pertanyaan pun lantas
muncul. Apakah memang demikian citra diri yang terbentuk selama 421 tahun lebih
usia Kota Medan? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita
mengenal lebih jauh Medan lewat ensiklopedia kulinernya.
Jikalau suatu
ketika kita iseng menggunakan jasa pencarian laman id.wikipedia.org dan
memasukkan kata kunci ‘makanan khas Sumatera Utara’, bersiaplah untuk takjub
melihat kekayaan kuliner yang dimiliki Sumatera Utara. Tidak kurang dari 30
jenis makanan khas tertulis di laman tersebut. Selain bika ambon, terdapat
arsik, angsle, cimpa, cipera, dalini horbo, kidu-kidu, lappet, lemang,
lomok-lomok, nanidugu, naniura, ombus-ombus, pangsit, popia, saksang,
tanggo-tanggo, terites, tipa-tipa, tok-tok, tuak, uyen, dan lainnya.
Itu baru yang berhasil terdata.
Namun, jumlah itu pasti belum mencerminkan semuanya.
Masih di laman
yang sama pula, jumlah makanan khas yang dimiliki Sumatera Utara (Sumut)
termasuk sangat banyak, jauh menggungguli perolehan beberapa daerah di
Indonesia. Terlepas pula dari subjektivitas penulis, dari segi kelezatan,
daftar nama makanan khas yang disebutkan diatas juga boleh diadu.
Ditilik dari
sejarahnya, Kota Medan memang memiliki heterogenitas etnis yang besar. Walau
begitu, untuk masalah selera makanan, identitas kesukuan masih terasa sangat
menonjol. Hal ini tidak malah menjadi bumerang bagi masyarakat Medan. Malah
sebaliknya, orisinalitas tradisi kuliner yang dibawa oleh nenek moyang tetap
terpelihara dengan baik. Artinya, tidak ada pemaksaan pencampuran bumbu atau
tambahan bahan lainnya agar makanan itu sesuai dengan selera.Termasuk soal rasa
bika ambon yang hingga saat ini cita rasanya masih terjaga.
Melihat
potensi diatas, pilihan untuk fokus pada wisata kuliner bika ambon dan
menjadikannya sebagai salah satu kekuatan utama pariwisata Kota Medan bukannya
tidak beralasan. Pertama, belum ada kota di Indonesia yang berani secara
terang-terangan mempatenkan kue bika ambon sebagai “raja kuliner” di kotanya.
Kedua, tantangan yang lebih besar (terutama urusan dana) akan diperlukan bila
hanya mengandalkan wisata alam dan sejarah. Terakhir, wisata kuliner bika
ambon dapat
hadir sebagai referensi panganan utanma kepada para pengunjung untuk menyambut Visit Medan
Year 2013.
BAB IV
KENDALA
Belum
semuanya bika ambon yang berasal dari kota Medan yang sudah mendapat
sertifikasi halal sehingga tidak semua pengunjung mau mengkonsumsinya.Sehingga
panganan jenis lain mulai menyainginya.
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Bika
ambon sekarang belum semua tersertifikasi halal dan masih ada yang mengandung
kandungan alkohol.Ini membuat banyak konsumen berpaling ke panganan
bolu.Padahal bika ambon sangat berpotensi dijadikan maskot kuliner kota Medan.
Saran
MUI
bekerja sama dengan BPOM segera mengkaji bika ambon yang ada di kota Medan agar
segera mendapat sertifikat halal.Ataupun dapat mengganti bahan baku bika ambon
agar tidak tercampur alkohol sehingga semua konsumen layak mengkonsumsinya.
Selain
itu agar semakin memperkenalkan ke dunia luar sebaiknya setiap ada acara besar
oleh pemerintahan ada baiknya menyajikan panganan bika ambon.Terlebih pada
pilgubsu tahun ini merupakan promo yang baik agar seluruh Indonesia tahu bika
ambon.Caranya dengan menyajikan bika ambon di setiap tiap kampanye.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar