Oleh: Putri Yani / 101201151
Program
Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa Bangun Sari terletak di
Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Tanjung Morawa, Provinsi Sumatera Utara,
dengan luas wilayah 1053,97 Ha. Jumlah penduduk di Desa Bangun Sari Sebesar
11.439 jiwa. Desa Bangun Sari berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan
laut, dengan curah huja rata-rata 1500-2500 mm/tahun. Di Kabupaten Deli Serdang
daerah yang paling banyak mengusahakan bunga pot sebagai salah satu mata
pencaharian adalah di Kecamatan Tanjung Morawa, Desa Bangun Sari di Gg.
Madirsan. Hampir seluruh masyarakat di desa ini mengusahakan bunga pot sebagai
salah satu mata pencaharian hidup mereka. Bunga pot identik dengan tanaman hias
karena bunga yang di tanam di dalam pot terbatas pada tanaman kecil-kecil dan
diletakkan sebagai penghias ruangan atau menciptakan lingkunga yang indah. Saat
ini antusiasme masyarakat akan bunga pot sangatlah besar dan meningkat jumlah
konsumennya seiring bertambahnya pesatnya pembangunan di perkotaan. Hal ini memberikan prospek yang bagus
bagi para petani usahayani bunga pot dalam meningkatnkan pendapatan mereka. (Palungkun,
dkk, 1999)
Kebutuhan
akan bunga di Indonesia yang merupakan salah satu produk florikultura cukup mengesankan.
Dalam hal ini dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Bunga merupakan kebutuhan tak terpisahkan dalam upacara keagamaan, upacara
perkawinan, upacara pemakaman, dan hari besar. Di Negara-negara Eropa pruduk
hortikultura telah lama dijadikan komoditas perdagangan internasional yang
sangat penting. Belanda sebagai contoh telah mampu memanfaatkan tanaman hias
sebagai komoditas ekspor utama, misalnya bunga tulip, azalea, dan beberapa stek
tanaman hias (Ashari, 1995).
Kebutuhan
akan tanaman hias kini makin meluas, tidak hanya terbatas pada kalangan atas,
melainkan masyarakat awam pun ingin memilikinya. Hal ini disbabkan oleh:
a.
Sebagian
besar masyarakat, termasuk generasi muda yang tingkat pendidikannya tinggi,
makin sadar akan pentingnya lingkungan yang asri dan bebas polusi.
b.
Tanaman
tidak hanya berfungsi sebagai peneduh dan penyejuk, tetapi berfungsi juga
sebagai tanaman hias yang mengandung nilai estetika. Dan dapat memicu gairah
kerja.
c.
Adanya
kecenderungan masyarakat yang mulai beralih dari jenis tanaman hias imitasi ke
tanaman hias alami.
d.
Sebagian
besar masyarakat menganggap tanaman hias sebagai salah satu elemen interior
yang dapat menciptakan suasana indah, asri sejuk.
e.
Masyarakat
telah menyadari bahwa ruangan yang hanya dihiasi dengan mebel-mebel mewah
terasa kurang indah tanpa hadirnya tanaman indoor di dalam ruangan.
f.
Banyak
hotel, perkantoran, dan plaza menampilkan tanaman hias indoor sebagai salah
satu elemen interior.
g.
Makin
menciutnya lahan dan populasi tanaman akibat begitu pesatnya pembangunan
membuat banay orang merindukan tanaman di dalam ruangan.
(Sudarmono, 1997).
(Sudarmono, 1997).
Permasalahan
Berdasarkan penjelasan
diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah:
1.
Apakah
bunga pot hias menjadi sektor unggulan di desa Bangun Sari?
2. Apakah
peningkatkan produktivitas bunga pot hias di Desa Bangun Sari menjadikan
indikator bahwa desa tersebut merupakan
kegiatan basis ?
Tujuan
1. Untuk menentukan strategi
pengembangan dan pengembangan dalam usaha peningkatan produktivitas bunga pot.
2. Untuk mengetahui keunggulan dari sektor
tanaman hias bunga pot di Desa Bangun Sari.
POTENSI
PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN BUNGA POT DI
DESA BANGUN SARI , KECAMATAN TANJUNG MORAWA, KABUPATEN DELI SERDANG
Akhir-akhir
ini penggemar tanaman hias semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya status
social, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian tanaman hias tanaman
hias mempunyai prospek yang sangat baik bila dikembangkan sebagai usaha
agrobisnis. Konsumen tanaman hias tidak hanya masyarakat di dalam negri saja,
tetapi masyarakat luar negri pun dapat menjadi konsumen yang sangat potensial.
Oleh karena itu tanaman hias patut dikembangkan sebagai usaha agrobisnis untuk
meningkatnkan eksport non migas seperti yang selalu dianjurkan oleh pemerintah.
Tata Guna Tanah
Tanah di
Desa Bangun Sari menurut fungsinya dibagi menjadi areal pemukiman, perkebunan,
pertanian dan untuk kegiatan social masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat tabel 1.
No
|
Uraian
|
Luas (Ha)
|
Persentase (%)
|
1.
|
Pemukiman
|
257,32
|
24,28
|
2.
|
Perkebunan
|
180
|
16,98
|
3.
|
Perikanan
|
6
|
0,57
|
4.
|
Lahan Kering
|
495
|
46,70
|
5.
|
Sawah
|
96
|
9,06
|
6.
|
Perkuburan, Mesjid, Gereja, dll
|
25,65
|
2,42
|
Total
|
1059,97
|
100,00
|
Sumber: Data Monografi Desa Bangun
sari
Kendala usahatani hortikultura
dibeberapa Negara berkembang, termasuk Indonesia adalah rendahnya nilai
pendapatan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan pengetahuan
petani, keterbatasan lahan yang dimiliki petani dan posisi penawaran pada pihak
petani yang kurang kuat.
Jika
para petani tanaman hias dapat menekan biaya produksi serendah mungkin dan
menyesuaikan penggunaan tenagakerja maka penerimaan dan pendapatan usahatani
pun akan sesuai dengan apa yang telah dikorbankan dan usahataninya pun akan
dapat dikatakan sukses dengan tidak lupa untuk memperhatikan mutu produk yang
baik dan bagus sehingga lebih banyak dapat di ekspor keluar.
Di tiga gang yakni Gang Darmo,
Madirsan, dan Sumber. Kawasan yang terletak di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang, ini sejak tahun ‘80-an terkenal sebagai sentra
penjual tanaman bunga dan hias di Sumatera Utara tersebut terdapat sekitar 400
kepala keluarga dari total 600 kepala keluarga yang menggantungkan hidup dari budi
daya dan menjual bunga dan tanaman hias. Mereka membudidayakannya di pekarangan
rumah atau menyewa lahan. Tiap pengusaha tanaman biasanya dibantu minimal empat
orang pekerja. Ribuan spesies bunga dan tanaman hias dapat dibeli di sini,
seperti mawar, anggrek, euforbia, cemara, dan beringin. Harganya pun beragam,
mulai dari seribu rupiah sampai sepuluh juta rupiah. Harga tertinggi dipegang
cemara udang dan pohon serut. Tanaman yang sudah “jadi” (sudah besar dan
dibentuk indah) harganya mencapai sepuluh juta rupiah.
Tidak hanya pejalan
kaki yang datang membeli, orang bermobil mewah pun berderet di pinggir jalan memilih
bunga yang disukai. Bunga di desa tersebut juga dikirim ke Berastagi (yang
dikenal sebagai kota asal bunga di Sumut), Medan, Dumai, Rantau Perapat, Pinang,
Pekan Baru, Jambi, Batam, Padang, Aceh, dan juga diekspor ke Thailand,
Singapura, Malaysia, Jepang serta China. Setiap hari tidak kurang dari dua truk
tanaman (Kaputra, 2010)
Tenaga
kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam melaksanakan
kegiatan usahatani, karena tanpa adanya tenaga kerja maka proses produksi
tanaman tidaklah berlangsung dengan baik. Tenaga kerja dalam usahatani tanaman
hias adalah tenaga kerja dalam keluarga, akan tetapi jika pada waktu tertentu
terjadi kekurangan tenaga kerja dalam keluarga maka digunakan tenaga kerja
upahan. Usahatani hias banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga
dibandingkan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini dikarenakan bahwa petani
tanaman hias di daerah penelitian tidak begitu memerlukan tenaga kerja upahan
karena faktor luas lahan yang tidak besar.
Input tanaman, yaitu pupuk, diambil dari
kandang ternak ayam yang banyak terdapat di sekitar Tanjung Morawa, serta
kotoran kambing dan sapi yang banyak di Lubuk Pakam dan sekitarnya. Sebagian
petani bunga juga melakukan pembuatan dan pengolahan pupuk kompos secara
mandiri. Sedangkan untuk menghindarkan dari serangan hama para petani menggunakan
sungkup sebagai pelindung.
Berkembangnya usaha tanaman bunga
dan hias di kawasan Desa Bangun Sari, khususnya di Gang Darmo, Madirsan, dan
Sumber, telah menghidupkan perekonomian warga setempat dan mampu menyerap
tenaga kerja yang ada. Geliat perekonomian di kawasan ini merasuk hingga bagian
terpencil desa ini. Dari tiga gang sentra pedagang bunga, jika kita masuk lebih
jauh ke dalam, terdapat sekitar 80 KK (Kepala Keluarga) petani yang juga
membudidayakan bunga dan tanaman hias.
Hal-hal
yang menjadi masalah-masalah ekonomi dalam pengembangan usahatani bunga pot
antara lain :
1. Keterbatasan
lahan
2. Pemasaran
3. Persaingan
usaha
4. Daya
tahan produksi
5. Permodalan
6. Transportasi
Adapun
juga masalah-masalah sosial dalam pengembangan usahatani bunga pot di Gg.
Madirsan cukup bervariasi. Masalah-masalah sosial tersebut meliputi :
1. Keamanan
2. Penguasaan
teknik budidaya
3. Pembinaan
atau penyuluhan oleh PPL dan dinas terkait
4. Masuknya
bunga import/bunga plastik.
Upaya-upaya yang telah dilakukan para
petani dalam mengatasi masalah-maslah ekonomi di Desa Bangun Sari
1.
Keterbatasan
Lahan
Upaya yang dilakukan
petani dalam mengatasi keterbatasan lahannya adalah dengan membangun beberpaa
rak ataupun naungan yang berisikan rak-rak bibit bunga. Para petani yang
memiliki luas lahan yang terbatas umumnya melakukan kegiatan pembuatan rak-rak
tersebut. Karena untuk memperluas lahan mereka dan terhambat oleh masalah
permodalan. Jaminan investasi luas lahan usaha tani mereka yang kecil tidak
dapt memberikan pinjaman kredit ke bank atau lembaga keuangan lainnya.
2.
Pemasaran
Masalah pemasaran yang
ditemukan sering berhubungan dengan masalah jatuhnya harga yang diakibatkan
oleh persaingan harga denganusaha tani bunga pot lainnya, bibit-bibit bunga
yang dijual tidak laku dipasaran akibat kondisi perekonomian saat ini. Para
petani berharap adanya tindakan dinas terkait yang dapat memberikan akses pasar
yang lebih luas lagi agar bibit-bibit bunga yang ditanam dapat dipasarkan
dengan harga yang tidak merugikan para petani.
3.
Persaingan
Usaha
Para pemilik usaha tani
bunga pot berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki mutu, dan keindahan
bibit-bibit bunga yang mereka jual. Serta memberkan penawaran yang menarik
minat para konsumen atau para , proyek-proyek dan perhotelan.pelanggan bunga
pot yang berasal dari luar daerah.
4.
Daya
Tahan Produksi
Upaya para petani dalam
meningkatkan daya tahan produk mereka adalah dengan memberikan perawatan yang
baik agar bibit bunga yang ditanam vigor, indah dan menarik. Perawatan ini
biasanya dilakukan petani pada saat pembibitan dengan cara pemberian media
tanam yang ditambah dengan pupuk kandang, sekam, NPK, dan penambahan pupuk
kompos setiap harinya. Para petani umumnya menggunakan teknik bertanam
masing-masing dengan pengalaman yang sudah dimiliki.
5.
Permodalan
Usaha yang dilakukan
para petani dalam menambah modal mereka yakni dengan cara membuka sumber usaha
lainnya yang dapat menambah investasi usahatani mereka. Usaha lain itu dapat
berupa membuka warung, toko, penjualan pupuk dan obat-obatan, seta usaha
lainnya.
6.
Transportasi
Bagi para petani
menghadapi masalah dalam pengadaan transportasi dari rental pick up ataupn
becak mesin yang ada di desa tersebut. Para petani juga mencoba untuk
mengangsur secara kredit alat transportasi karena untuk selalu menyewa cukup
memberatkan bagi petani pada saat sekarang ini.
Pesatnya usaha bunga memunculkan
jenis usaha lain, yakni pembuatan pot atau vas bunga dari semen dan tanah liat.
Ada lebih dari 30 industri rumahan pembuat pot bunga yang tumbuh di desa ini yang
masing-masingnya mempekerjakan minimal enam orang. Selain itu, juga muncul lebih
dari sepuluh bengkel las pembuat rak pot dari baja bulat yang dibentuk
bertingkat-tingkat untuk menyusun pot bunga. Bengkel las ini juga menyerap
tenaga kerja dua sampai empat orang per bengkelnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berkembangnya usaha tanaman bunga
dan hias di kawasan Desa Bangun Sari, khususnya di Gang Darmo, Madirsan, dan
Sumber, telah menghidupkan perekonomian warga setempat. Kegiatan ini disebut kegiatan basis karena
secara produksi tanaman hias di Desa Bangun Sari lebih tinggi dari pada daerah
yang lain dan produk tanaman yang dihasilkan ada yang diekspor dan mendorong
tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.
Pesatnya usaha bunga memunculkan
jenis usaha lain, yakni pembuatan pot atau vas bunga dari semen dan tanah liat.
Saran
Usaha tanaman hias di Desa Bangun
Sari mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan, dalam hal ini, peran
pemerintah daerah membuat konsep program dan kebijakan pengembangan produksi
dan pasar tanaman hias diharapkan lebih serius kerjasama dengan pelaku usaha
agribisnis tanaman hias.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S.
1995. Hortikultura Hias Indoor Populer. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kaputra, I. 2010. Bunga-bunga Sandaran Hidup. Diakses http://www.agriculturesnetwork.org/magazines /indonesia/29 [1 januari 2013] [19.00 WIB].
Panglukun,
R. dkk. 1999. Menghijaukan Ruangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono,
A.S. 1997. Tanaman Hias Ruangan, Mengenal dan Merawat. Kanisius. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar