POTENSI TEH BERKUALITAS DI SIDAMANIK, KABUPATEN
SIMALUNGUN
Oleh : Habriando
Alexander Manihuruk /101201158
Program
Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
BAB I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untuk mendorong
terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis melalui pendekatan yang
bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan
dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai
bentuk penerapannya yang bersifat dinamis.Pada dasarnya pendekatan pengembangan wilayah ini
digunakan untuk lebih mengefisiensikan pembangunan dan konsepsi ini terus
berkembang disesuaikan dengan tuntutan waktu, teknologi dan kondisi wilayahnya.
Pembangunan
yang dititik beratkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan
perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan
kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Pengembangan
wilayah merupakan membangun masyarakat sesuai dengan potensi prioritas yang
terdapat di dalam daerah yang bersangkutan. Diprioritaskan secara fisik,
ekonomi, dan sosial budaya. Tujuan
pembangunan nasional mencakup beberapa aspek yaitu pertumbuhan ekonomi,
pemerataan pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja serta kelestarian
sumberdaya yang potensial. Salah satu sektor yang diharapkan dapat menunjang
tujuan pembangunan ekonomi adalah sektor pertanian. Keberhasilan pembangunan di
Indonesia menuntut kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak dan peranan
masing-masing sektor.
Di Sumatera Utara
terdapat berbagai komoditi hasil-hasil perkebunan, seperti: karet, sawit, kopi
nilam, jahe, kemiri, aren, pinang, coklat, kelapa, panili, kemenyan, kulit
manis, dan cengkeh yang memberi peluang untuk mendirikan industri pengolahan
hasil perkebunan. Luas areal perkebunan adalah 1.629.156 Ha atau 22,73% dari
Luas Sumatera Utara, dengan produksi sebesar 12.225.234 ton untuk 23 komoditi
diantaranya sawit, karet, kopi, teh, kakao dan kelapa.
Menurut pengusahaannya
areal perkebunan dibagi menjadi:
1. Perkebunan rakyat seluas 815.071 Ha dengan produksi 2.829.280 ton.
2. Perkebunan Swasta (PBS) seluas 425.551 Ha dengan produksi 4.934.556 ton
3. PTPN seluas 388.534 Ha dengan produksi 4.461.398 ton
Rata-rata pertambahan luas lahan perkebunan sebesar 0,72% pertahun dan pertumbuhan produksi sebesar 2,74% pertahun.
1. Perkebunan rakyat seluas 815.071 Ha dengan produksi 2.829.280 ton.
2. Perkebunan Swasta (PBS) seluas 425.551 Ha dengan produksi 4.934.556 ton
3. PTPN seluas 388.534 Ha dengan produksi 4.461.398 ton
Rata-rata pertambahan luas lahan perkebunan sebesar 0,72% pertahun dan pertumbuhan produksi sebesar 2,74% pertahun.
Sidamanik adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara,
Indonesia.
Sidamanik memiliki satu akses jalan raya yang membentang membelah dua
kecamatan. Jalan raya adalah batas kecamatan dengan daerah Panei Tongah.. Jalan
raya Sidamanik yang menuju barat akan melalui desa desa kecil mulai dari
Baharen (tanah kelahiran Bapak saya), Sinaman, Kebun Tobasari, Sait Buttu,
Manik Saribu hingga tiba di persimpangan jalan alternatif Parapat dan Kabanjahe
(tanah Karo). Jarak tempuh Sidamanik dan kota Parapat danau Toba (dahulu
adalah tujuan wisata favorit bagi orang bule) hanya 1 jam perjalanan kurang
lebih 40 km dengan aspal yang lumayan mulus.
Kebun Teh ini berada di Kecamatan Sidamanik.
Kebun teh ini merupakan bagian dari PTPN IV. Perkebunan ini terdiri dari tiga
wilayah perkebunan. yaitu pekebunan Bah Butong, Perkebunan Sidamanik, dan
Perkebunan Tobasari. Kebun teh ini memiliki hawa yang cukup sejuk. dan biasanya
bagi yang hobi photo menjadi tempat yang sangat menarik untuk dapat menyalurkan
hobinya. yang khas dari wilayah ini adalah wangi teh yang sangat khas. Sebenarnya
simalungun dulu mmemiliki beberapa kebun teh, tetapi adanya perubahan iklim
kini hanya tinggal tiga tempat yang disebutkan diatas. Kebun teh ini dapat
diakses dengan rute : Pematang Siantar - Simpang dua - Kecamatan Sidamanik.
anda tinggal ikutin jalan saya sarankan anda menggunakan Sepeda Motor dan mobil
Pribadi untuk menuju Kebun Teh Sidamanik karena anda dapat hunting dengan bebas
diseluruh tempat dikebun teh ini.
Sidamanik juga memasarkan hasil komoditinya ke luar negeri. seperti Teh, kakao, dan Kelapa Sawit. Dahulu waktu zaman penjajahan Belanda,
Sidamanik adalah daerah perkebunan Teh terbesar di Sumatera. Di kecamatan ini
berdiri 4 pabrik teh yang mempekerjakan ribuan karyawan antara lain Pabrik Teh
Sidamanik, Bah Butong, Toba Sari, dan Bah Birong Ulu. Sayang setelah zaman
reformasi dan privatisasi BUMN, kebun teh ini dimerger dengan kebun Bah Jambi
yang memproduksi kelapa Sawit, dan
bahkan pemerintah setempat berencana untuk mengganti kebun teh ini menjadi
kebun sawit. Karyawannya sekarang banyak yang di PHK,
pensiun dini, dan ada yang dipindahkan ke kebun lain di daerah Kerinci Riau.
Dahulu kebun Teh banyak menyerap tenaga kerja pemetik Teh, sekarang telah banyak memakai jasa mesin
Permasalahan
Sidamanik juga memasarkan hasil komoditinya ke luar negeri. Seperti
Teh, kakao, dan Kelapa Sawit. Dahulu waktu zaman
penjajahan Belanda, Sidamanik adalah daerah perkebunan Teh terbesar di
Sumatera. Di kecamatan ini berdiri 4 pabrik teh yang mempekerjakan ribuan
karyawan antara lain Pabrik Teh Sidamanik, Bah Butong, Toba Sari, dan Bah
Birong Ulu. Sayang setelah zaman reformasi dan privatisasi BUMN, kebun teh ini
dimerger dengan kebun Bah Jambi yang memproduksi kelapa Sawit, dan bahkan pemerintah setempat berencana
untuk mengganti kebun teh ini menjadi kebun sawit, sehingga cuaca akan
berpengaruh negatif karena suhu yang pastinya akan meningkat. Karyawannya sekarang banyak yang di PHK, pensiun dini, dan ada yang
dipindahkan ke kebun lain di daerah Kerinci Riau. Dahulu kebun Teh banyak
menyerap tenaga kerja pemetik Teh, sekarang untuk memetik Teh sudah
mempergunakan mesin. Untuk menyemprot pupuk dan pembasmi hama sudah memakai
mesin.
Kebun Teh ini berada di Kecamatan Sidamanik.
Kebun teh ini merupakan bagian dari PTPN IV. Perkebunan ini terdiri dari tiga
wilayah perkebunan. yaitu pekebunan Bah Butong, Perkebunan Sidamanik, dan
Perkebunan Tobasari. Kebun teh ini memiliki hawa yang cukup sejuk. dan biasanya
bagi yang hobi photo menjadi tempat yang sangat menarik untuk dapat menyalurkan
hobinya. yang khas dari wilayah ini adalah wangi teh yang sangat khas. Sebenarnya
simalungun dulu memiliki beberapa kebun teh, tetapi adanya perubahan iklim kini
hanya tinggal tiga tempat yang disebutkan diatas.
Tujuan
Tujuan penulisan yang mengangkat permasalahan perkebunan
teh di kecamatan Sidamanik kabupaten Simalungun adalah:
1.
Bagi Pemerintah kecamatan
sidamanik merupakan sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk perencanaan pengembangan
perkebunan di Kecamatan Sidamanik.
2. Bagi pembaca merupakan
penambahan wawasan dalam bidang ilmu pengembangan wilayah.
3. Sebagai bahan masukan bagi
peneliti lain yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah.
BAB II.
POTENSI
Provinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka
perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat
pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus merupakan
salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di
Indonesia di sisi lain. Ini terjadi karena potensi sumber daya alam dan
karakteristik ekosistem yang memang sangat kondusif bagi pembangunan ekonomi
daerah dan nasional.
Potensi ekonomi kabupaten Simalungun sebagian
besar terletak pada produksi pertaniannya. Produksi lainnya termasuk tanaman
pangan, perkebunan, pertanian lainnya, industri pengolahan serta jasa.
Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar
produksinya, sayur-mayur dan jeruk malah telah dipasarkan ke provinsi lain
bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi
salah satu prioritas pembangunan daerah. Luas areal pertanian meliputi lahan
sawah irigasi teknis seluas 135.872 ha, sawah non irigasi teknis seluas 141.383
ha, dengan saluran irigasi primer, sekunder dan tersier sepanjang 820.462
meter. Pada 2005, sawah-sawah ini menghasilkan 3.447.784 ton padi, sedangkan di
tahun 2006 hanya memproduksi 3.030.784 ton padi.
Bukan hanya padi yang dihasilkan, tetapi juga 1.298.230 ton palawija,
hortikultura dan sayur-sayuran. Beberapa jenis tanaman yang dikembangkan antara
lain 218.375 ha lahan jagung dengan hasil produksi 739.067 ton; 13.142 ha
tanaman kedelai dengan hasil produksi 15.295 ton; 155.436 ha lahan singkong dan
umbi-umbian dengan hasil produksi 655.070 ton.
Produksi
Teh di Kabupaten Simalungun merupakan produksi terbesar kedua di Sumatera Utara
pada tahun 2003 sesudah Kabupaten Deli Serdang.Produksi Kelapa sawit
dari perkebunan yang ada di kabupaten ini menjadi komoditas utama, kedua
terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten Labuhanbatu (2001).Selain memproduksi Kelapa
Sawit, perkebunan rakyat di Simalungun juga menghasilkan Karet dan Cokelat, selain
Teh (Kecamatan Raya dan Sidamanik) yang jumlah produksinya semakin
menurun. Penjualan hasil tani Karet dibantu oleh kehadiran PT Good Year Sumatra Plantations (didirikan 1970) yang biarpun memiliki perkebunan
sendiri tetapi tetap menampung hasil perkebunan rakyat dan mengolahnya menjadi
bahan setengah jadi sebelum menjualnya ke luar daerah.
Pada 2004, luas hutan mangrove mencapai 103.372 ha dengan kondisi 60%
baik. Hal ini sangat mempengaruhi perubahan ekosistem pantai dan kehidupan
masyarakat nelayan. Kualitas air sungai yang di pantai hasilnya masih
berfluktuasi terutama untuk parameter BOD, COD, TSS, Do dan PH. Fluktuasi
kualitas air sungai ini terkait dengan ketaatan perusahaan terhadap baku mutu
limbah cair dan besarnya beban limbah domestik yang dibuang langsung ke badan
air. Sungai ini terkait dengan ketaatan perusahaan terhadap baku mutu limbah
cair dan besarnya beban limbah domestik yang dibuang langsung ke badan air.
Kualitas udara dengan indicator konsentrasi ambien polutan udara (Sox, Nox,
debu, kebisingan) dan jumlah titik api (hotspot). Tahun 2004 jumlah titik api
berkurang dari 219 titik api (2003) menjadi 164 titik api. Indikator ini
menunjukkan kebakaran hutan masih relatif tinggi dan salah satu sumber polusi
udara yang menyebabkan tingginya kadar debu di udara.
Di sektor perkebunan, menunjukkan progress menggembirakan. Pada 2005, misalnya,
luas areal perkebunan 1.746.340 ha, lalu bertambah menjadi 1.788.943 ha pada
2006, terdiri atas 1.008.525 ha perkebunan rakyat, 363.106 ha perkebunan
pemerintah, dan 365.992 ha perkebunan swasta dengan total hasil produksi
4.199.834 ton. Total produksi perkebunan pada 2006 mencapai 1.788.943 ton,
meningkat dibandingkan total produksi 2005 sebesar 4.048.411 ton.
Komoditas unggulan sektor perkebunan antara lain karet. Dengan luas areal
479.174 ha, berhasil diproduksi 367.113 ton karet setiap tahunnya. Perkebunan
sawit juga cukup luas, mencakup areal 908.080 ha dengan hasil produksi 13.830
ton. Luas perkebunan kelapa 125.969 ha dengan hasil produksi 99.529 ton.
Perkebunan kopi mencapai 78.119 ha dengan hasil produksi 55.597 ton, sementara
perkebunan kakao terhampar seluas 3.259 ha dengan hasil produksi 59.229 ton.
Meski potensi perikanan laut di pantai timur atau Selat Malaka hanya 239
ribu ton per tahun, Sumatera Utara memiliki potensi perikanan yang sangat besar
di Pantai Barat atau Samudera Hindia yang mencapai 917.000 ton per tahun.
Kendati demikian, produksi ikan secara keseluruhan masih relative kecil
dibanding potensi yang ada, yakni 10,53% per tahun. Produksi perikanan tidak
hanya dari laut, tapi juga dari produksi perairan rawa, danau dan sungai yang
mencapai 11.669,90 ton dengan hasil produksi perikanan laut yang mencapai
330.579,60 ton, dengan jumlah kapal 22.457 unit. Untuk hasil perikanan budidaya
dan perikanan tangkap untuk tahun 2006 sebesar 388.559 ton.
Di bidang kehutanan, Sumatera Utara juga menyediakan sumber daya alam
yang melimpah. Pada 2005, total luas wilayah hutan mencapai 2.386.960 ha,
terdiri atas 1.297.330 ha hutan lindung dan 1.035.690 ha hutan produksi
terbatas. Dari seluruh potensi kehutanan yang ada, hutan yang dapat dikonversi
mencapai 879.270 ha dan hutan bakau seluas 477.070 ha. Produksi kehutanan di
luar kawasan Hak Pengelolaan Hutan (HPH) sebanyak 112.459,79 meter kubik kayu
bulat, 34.082,12 meter kubik kayu gergajian dan 187.128,74 meter kubi kayu
olahan. Sedangkan hasil hutan ikutannya terdiri atas 600 ton rotan dan 654,37
meter kubik Gondorukem.
BAB
III.
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH
Teh
merupakan salah satu hasil perkebunana di Sidamanik. Budidaya komoditi ini telah
dilakukan sejak lama dan tanaman teh ini tumbuh subur di Sidamanik karena
didukung oleh agroklimat dataran tinggi yang memang cocok untuk perkebunana
tanaman teh.
Wisata Agro merupakan perpindahan sementara
manusia dari daerah asal ke daerah tujuan; terjadinya pergerakan tersebut
karena ada daya tarik berupa keindahansuasana alam atau obyek wisata pertanian
di daerah tersebut. Keindahan hamparan tanaman teh beserta aktivitas didalamnya
merupakan salah satu alasan kawasan Kebun Teh Sidamanik dikembangkan sebagai
kawasan Wisata Agro. Seiring dengan pengembangan fungsi kebun sebagai kawasan
wisata maka pengelola dituntut untuk bisa memuaskan pengunjung yang datang
selain optimalisasi produksi tanaman teh. Tujuan bisnis wisata adalah
menciptakan dan mempertahankan pengunjung/pelanggan yang mendatangkan
laba/keuntungan dimana kepuasan pelanggan merupakan tujuan sentral pemasaran
kawasan wisata.
Perencanaan lingkungan fisik kawasan wisata
akan dapat memberikan kepuasan kepada pengunjung bila didasarkan pada perilaku
berlingkungan (behaviour) manusia dengan menggunakan hirarki kebutuhan dasar
manusia. Berdasarkan tingkat kebutuhan wisatawan, fenomena yang terjadi
meliputi :
1.
Kebutuhan pokok (basic need):
makan, minum, istirahat dan tempat berlindung
2.
Kebutuhan sekunder: pemenuhan rasa
harga diri, berupa pengakuan dan kepercayaan orang lain Keinginan
sosial, seperti keinginan bersama dengan orang lain
3.
Bermain dan bersantai: timbul
keingintahuan, pengalaman baru, dorongan untukrekreasi, kenyamanan dan estetis
4.
Kesehatan mental dan fisik
Selanjutnya berdasarkan motivasi,
terdapat beberapa alasan wisatawan untuk mengunjungi suatu obyek wisata
diantaranya (a) untuk mencari originalitas dan menyatu dengan masyarakat
sekitar (b) untuk mencari keindahan, dan (c) untuk melepaskan kejenuhan dan
mencari atau mengenal dan mempelajari sesuatu yang belum pernah diketahui Kawasan
Wisata Agro Sidamanik dapat dikembangkan untuk berbagai kegiatan, baik yang
terkait dengan produksi minuman teh, perlindungan dan konservasi kawasan, maupun
untuk kenyamanan kegiatan rekreasi dan wisata. Pengembangan usaha wisata agro ini
diharapkan akan lebih meningkatkan pendapatan dan keuntungan, disamping usaha
pokok produksi teh yang ada serta tetap menjaga dan melestarikan lingkungan
Kebun Teh Sidamanik.
BAB IV.
KENDALA DAN TANTANGAN
Kendala
Kendala Pengelolaan perkebunan
Teh di Sidamanik adalah kurangnya pemberdayaan terhadap Kebun Teh Tersebut, dan adanya
isu akan digantinya perkebunan teh ini menjadi perkebunan sawit yang otomatis
akan menyebabkan banyak pengaruh negatif seperti PHK besar-besaran, iklim yang
akan memburuk dan pemandangan yang tidak asri lagi. Perkebunan Teh perlu mendapatkan perhatian Pemkab Simalungun dalam
hal pembangunan fasilitas seperti sarana jalan dan mini market. Dan agar pihak
pengelola Kebun Teh yang menjadi kebanggaan masyarakat Sidamanik,membuat tempat
pariwisata dan kebersihan kebun teh tetap terjaga. Permasalahannya juga agar
pemerintah dan masyarakat sekitar memperhatikan kebun teh agar tetap
berproduksi dan tidak terbuang, karena begitu banyak teh yang tebuang di
Sidamanik dan belum dikelola dengan baik. Agar perkebunan tetap di jaga
kebersihannya agar dapat di buat menjadi tempat pariwisata.
Tantangan
Pengembangan suatu kawasan wisata tidak lepas dari peran serta
masyarakat sekitarnya. Masyarakat sekitar Kebun Teh di Sidamanik sebagian besar
berprofesi sebagai petani, peternak dan buruh, baik dari usaha pertanian
masyarakat sendiri, maupun pertanian yang berhubungan dengan Kebun Teh
Sidamanik. Selain sektor pertanian juga terdapat kegiatan penambangan batu
gunung untuk suplai kegiatan properti di wilayah Siantar dan sekitarnya.
Pengenalan potensi wilayah baik alam maupun masyarakatnya akan dapat memberikan
hasil maksimal untuk menerapkan konsep pengembangan. Bentuk bangunan dengan
konsep alam pertanian (perkebunan) akan dapat memberikan image keindahan alam
dalam benak pengunjung ditunjang dengan aktivitas masyarakat sekitar di sektor
pertanian dengan produk- produk pertanian disepanjang jalan menuju wisata agro.
BAB V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Sidamanik adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara,
Indonesia.
Sidamanik memiliki satu akses jalan raya yang membentang membelah dua
kecamatan. Jalan raya adalah batas kecamatan dengan daerah Panei Tongah. Tak
heran bila masyarakat di Pangkalan Buntu sebelah timur Sidamanik saling
berhadapan rumah tetapi beda kecamatan. Jalan raya Sidamanik yang menuju barat
akan melalui desa desa kecil mulai dari Baharen (tanah kelahiran Bapak saya),
Sinaman, Kebun Tobasari, Sait Buttu, Manik Saribu hingga tiba di persimpangan
jalan alternatif Parapat dan Kabanjahe (tanah Karo). Jarak tempuh Sidamanik dan
kota Parapat danau Toba (dahulu adalah tujuan wisata favorit bagi orang
bule) hanya 1 jam perjalanan kurang lebih 40 km dengan aspal yang lumayan
mulus. Kini mereka tersebar di berbagai penjuru Nusantara bahkan dunia.
Walaupun demikian, identitas sebagai orang Sidamanik masih melekat di
hati terdalam tiap-tiap orang. Di sisi lain, seiring dengan perkembangan jaman,
Sidamanik juga telah berubah. Yang paling nyata, kini wilayah tersebut telah
dipecah menjadi dua kecamatan, yaitu Sidamanik dan Pematang Sidamanik.Karena
itulah, beberapa par Sidamanik yang kini tinggal di Jakarta dan sekitarnya
memiliki keinginan untuk mengeratkan hubungan sesama par Sidamanik di
perantauan yang sedikit banyak diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi
kemajuan Sidamanik (marsipature
hutana be).
Saran
Pemerintah kabupaten Simalungun dan pihak pengelola perkebunan teh di
Sidamanik perlu untuk mengembangkan perkebunan teh dengan lebih baik lagi, harus mampu memberikan
solusi untuk perencanaan bagaimana perkenbunan dapat dikelola dengan baik.
Masyarakat harus diberdayakan, fasilitas, infrastruktur harus dibangun dengan
sebagus mungkin, akses jalan menuju wisata iman harus lebih baik lagi, dan
pemerintah daerah harus segera turun tangan melihat keadaan tersebut karena struktur
perekonomian lapangan usaha angkutan dan komunikasi memberikan sumbangan yang
mampu mengembangkan pendapatan daerah sekaligus kesejahteraan masyarakat
Kabupaten Simalungun kecamatan Sidamanik. Selain
itu juga pemerintah Kabupaten Simalungun perlu menetapkan kebijakan pembangunan
dengan prioritas sektor unggulan/sektor basis tanpa harus mengabaikan sektor
non basis. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di
Sidamanik.
DAFTAR
PUSTAKA
Abigael, O. 2011. Analisis Penentuan
Sektor Unggulan di Kabupaten Simalungun. Diakses dari : http://www.scribd.com/doc/101319629/34/Analisis-Sektor-Pertanian#.
[06 Januari 2013] [09.00 WIB].Pemkab
Asahan. 2009. Profil Wilayah Kabupaten Asahan. Asahan
Dillon, H.S.2004. Pertanian
Membangun Bangsa. Dalam : Aziza, A.N. Analisis Prioritas Pengembangan Wilayah
Berdasarkan Potensi Pertanian Padi. 2008. IPB Press. Bogor.
Indrawidyastuti.2011.Perubahan
Iklim Tantangan Bagi Petani. .
Diakses dari: http://www.waspada.co.id
Uchi. 2010. Pengembangan Wilayah.
Diakses dari: http://www.pengembangan-wilayah.blogspot.com /Diakses
pada:[3 Januari 2013][17.03 WIB]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar