POTENSI “TEH SIDAMANIK” DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN
SIMALUNGUN
Oleh : Astri Hutauruk/ 101201145
Program Studi Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsep pengembangan
wilayah dikembangkan dari kebutuhan suatu daerah untuk meningkatkan fungsi dan
perannya dalam menata kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat. Pengaruh globalisasi, pasar bebas dan regionalisasi menyebabkan
terjadinya perubahan dan dinamika spasial, sosial dan ekonomi antar negara,
antar daerah (kota/kabupaten), kecamatan hingga perdesaan.
Pengembangan
wilayah merupakan suatu upaya untuk mendorong terjadinya perkembangan wilayah
secara harmonis melalui pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek
fisik, ekonomi, sosial, dan budaya. Konsep pengembangan wilayah di
Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar
pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis.
Di Sumatera Utara
terdapat berbagai komoditi hasil-hasil perkebunan, seperti: karet, sawit, kopi
nilam, jahe, kemiri, aren, pinang, coklat, kelapa, panili, kemenyan, kulit
manis, dan cengkeh yang memberi peluang untuk mendirikan industri pengolahan
hasil perkebunan. Luas areal perkebunan adalah 1.629.156 Ha atau 22,73% dari
Luas Sumatera Utara, dengan produksi sebesar 12.225.234 ton untuk 23 komoditi
diantaranya sawit, karet, kopi, teh, kakao dan kelapa.
Kabupaten Simalungun
adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia. Kabupaten ini memiliki 30
kecamatan dengan luas 438.660 ha tau 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera
Utara. Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Tanah Jawa dengan luas
49.175 ha, sedangkan yang paling kecil luasnya adalah Kecamatan Dolok Pardamean
dengan luas 9.045 ha. Keseluruhan kecamatan terdiri dari 306 desa dan 17
kelurahan.
Sidamanik adalah salah satu kecamatan di
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sidamanik merupakan
daerah pertanian, dengan lahan pertanian non sawah yang cukup luas. Berdasarkan
penggunaan lahan, wilayah Sidamanik merupakan areal pertanian yang sangat
produktif, dengan lebih dari 60% merupakan lahan pertanian non sawah. Tidak
salah jika dikatakan bahwa potensi ekonomi Kabupaten Simalungun sebagian besar
terletak pada produksi pertaniannya. Produksi lainnya termasuk tanaman pangan,
perkebunan, pertanian lainnya, industri pengolahan serta jasa. Melihat kekayaan
sumber daya alam yang melimpah tetapi tidak diikuti oleh pertumbuhan ekonomi
yang meyakinkan, atau dengan fakta pertumbuhan ekonomi yang rendah, yaitu
pertumbuhan ekonomi yang selalu berada dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi
provinsi, maka sangat disayangkan jika potensi-potensi besar yang ada di
Kabupaten Simalungun tidak bisa mendongkrak pertumbuhan perekonomian wilayah
tersebut ketingkat pertumbuhan yang lebih tinggi.
Permasalahan
Dengan alasan mengalami kerugian, PT Perkebunan Nusantara
(PTPN) 4 akan melakukan konversi lahan perkebunan teh Sidamanik,
Simalungun menjadi perkebunan sawit. PTPN 4 mengaku mengalami kerugian hingga
Rp 50 miliar per tahun dari perkebunan teh di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten
Simalungun, Sumatera Utara.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha PTPN 4 Ahmad
Haslan Saragih dalam rapat dengar pendapat di Komisi B DPRD Sumut di Medan,
Selasa (17/1/2012) mengatakan, kerugian itu muncul bukan karena rendahnya
kualitas budi daya tanaman, melainkan disebabkan rendahnya harga jual komoditas
tersebut di pasaran
“Kondisi ini disebabkan tidak adanya peningkatan harga jual
komoditas teh dalam 10 tahun terakhir serta tidak sebanding dengan biaya
produksi yang dikeluarkan perusahaan,” katanya.
Selain itu, perubahan iklim yang terjadi dalam beberapa waktu
terakhir telah menyebabkan kualitas (inner quality) yang menjadi ciri khas teh
Bah Butong di Sidamanik menurun. Kondisi itu diperparah dengan banyaknya
tanaman teh yang berada di Kabupaten Simalungun tersebut yang sudah tua
sehingga tidak mampu menghasilkan daun yang berkualitas.
Karena itu, PTPN 4 berkeinginan untuk melakukan konversi
lahan dengan mengubah areal yang berada di bawah 1.000 meter diatas permukaan
laut (DPL) tersebut menjadi perkebunan sawit. Proses konversi yang memberikan
hasil yang lebih baik itu telah dilakukan di perkebunan teh di bah Birong Ulu
di Kecamatan Jorlang Hataran dan perkebunan Marjadi di Kecamatan Panei.
Konversi yang dilakukan PTPN 4 di dua areal perkebunan teh
yang berada di ketinggian 800 DPL tersebut telah memberikan peningkatan hasil
yang signifikan bagi BUMN tersebut. “Kalau (perkebunan teh Sidamanik)
dikonversi, PBB Pemkab Simalungun akan bertambah,” katanya.
Anggota Komisi B DPRD Sumut Brilian Moktar mengungkapkan
ketidaksetujuannya dengan rencana PTPN 4 tersebut karena perkebunan teh
Sidamanik merupakan ciri khas Simalungun. “Rambutan Binjai sudah hilang, mangga
Parapat juga hilang. Apa teh Sidamanik juga akan dihilangkan?,” katanya.
Politisi PDI Perjuangan itu mengaku tidak dapat menerima
alasan kerugian dalam produksi teh tersebut yang menjadi pertimbangan PTPN 4
untuk melakukan konversi perkebunan teh Sidamanik.
Menurut dia, China mampu menerima keuntungan yang cukup
banyak dari produksi teh dengan penyajian yang modern dan promosi yang baik.
PTPN 4 diharapkan tidak terlalu “mendewakan” perkebunan
kelapa sawit karena produksinya juga tidak terlalu menguntungkan jika hanya
mengandalkan penjualan minyak mentah (crude palm oil/CPO) tanpa didukung
industri turunan. “Teh Sidamanik tidak harus dikonversi. Masih bisa dicari cara
lain,” katanya. (Antara)
(Sumber : http://medanmagazine.com)
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah menjaga agar pemerintah kecamatan Sidamanik dapat mempertimbangkan
perencanaan konversi kebun teh di Kecamatan Sidamanik. Dan juga menjaga harga
jual komoditas teh. Selain itu, untuk memasarkan produk yang dihasilkan,
koperasi membantu mencari daerah pemasaran baru didaerah Sumatera Utara dan
diluar Pulau Sumatera, bahkan untuk di impor.
POTENSI
Teh
Sidamanik
Kebun Teh ini
dapat diakses dengan rute Pematangsiantar – Simpang Dua – Kecamatan Sidamanik. Letaknya
hanya sekitar 20 km dari Pematangsiantar dan dari Raya hanya memerlukan jarak
tempuh 10 km. Sidamanik memiliki satu akses jalan raya yang membentang membelah
dua kecamatan. Jalan raya adalah batas kecamatan dengan daerah Panei Tongah.
Aroma
daun teh yang khas, kesegaran sejuknya udara yang bebas dari polusi serta
langit cerah dengan corak awan yang yang terus tersapu angin membuat tempat ini
semakin indah dan wajib dikunjungi setiap kali perjalanan menuju Danau Toba.
Kebun Teh Sidamanik yang dikelola oleh PTPN IV ini terletak di Kabupaten Simalungun dan memiliki Luas 8.372,75 Ha bahkan sampai saat ini kebun teh Sidamanik masih merupakan Kebun teh untuk jenis teh hitam terbesar ke-dua di Indonesia setelah Jawa Barat.
Kebun Teh Sidamanik yang dikelola oleh PTPN IV ini terletak di Kabupaten Simalungun dan memiliki Luas 8.372,75 Ha bahkan sampai saat ini kebun teh Sidamanik masih merupakan Kebun teh untuk jenis teh hitam terbesar ke-dua di Indonesia setelah Jawa Barat.
Teh
Sidamanik adalah yang teh hitam yang berasal dari pucuk daun teh berkualitas,
diolah dan diproses secara canggih dan higienis menjadi teh hitam, berkualitas
ekspor, bermanfaat besar untuk membantu proses penyembuhan penyakit, khususnya
diabetes, jantung koroner, stroke, darah tinggi, kanker hati, jika diminum
secara tepat dan setiap hari.
Potensi
Komoditas
Produksi Teh di
Kabupaten Simalungun merupakan produksi terbesar kedua di Sumatera Utara pada
tahun 2003 sesudah Kabupaten Deli Serdang.Produksi
Kelapa sawit dari perkebunan yang ada di kabupaten ini menjadi
komoditas utama, kedua terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten Labuhanbatu
(2001).Selain memproduksi Kelapa Sawit, perkebunan
rakyat di Simalungun juga menghasilkan Karet dan Cokelat, selain Teh (Kecamatan Raya dan Sidamanik) yang
jumlah produksinya semakin menurun. Penjualan hasil tani Karet dibantu oleh
kehadiran PT Good Year
Sumatra Plantations (didirikan 1970) yang biarpun memiliki perkebunan sendiri tetapi tetap
menampung hasil perkebunan rakyat dan mengolahnya menjadi bahan setengah jadi
sebelum menjualnya ke luar daerah.
Kini tersedia potensi
pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya, sayur-mayur dan
jeruk malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena
itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas
pembangunan daerah. Luas areal pertanian meliputi lahan sawah irigasi teknis
seluas 135.872 ha, sawah non irigasi teknis seluas 141.383 ha, dengan saluran
irigasi primer, sekunder dan tersier sepanjang 820.462 meter. Pada 2005,
sawah-sawah ini menghasilkan 3.447.784 ton padi, sedangkan di tahun 2006 hanya
memproduksi 3.030.784 ton padi.
Bukan hanya padi yang
dihasilkan, tetapi juga 1.298.230 ton palawija, hortikultura dan sayur-sayuran.
Beberapa jenis tanaman yang dikembangkan antara lain 218.375 ha lahan jagung
dengan hasil produksi 739.067 ton; 13.142 ha tanaman kedelai dengan hasil
produksi 15.
Di sektor perkebunan,
menunjukkan progress menggembirakan. Pada 2005, misalnya, luas areal perkebunan
1.746.340 ha, lalu bertambah menjadi 1.788.943 ha pada 2006, terdiri atas
1.008.525 ha perkebunan rakyat, 363.106 ha perkebunan pemerintah, dan 365.992
ha perkebunan swasta dengan total hasil produksi 4.199.834 ton. Total produksi
perkebunan pada 2006 mencapai 1.788.943 ton, meningkat dibandingkan total
produksi 2005 sebesar 4.048.411 ton.
ANALISA PENGEMBANGAN WILAYAH
a.
Analisis Output-Input
Analisis ini melihat keterkaitan
antarsektor dalam suatu perekonomian. Dalam analisis input‐output kegiatan
produksi suatu sektor akan menghasilkan dampak ekonomi pada sektor‐sektor lainnya di dalam perekonomian tersebut. Disatu
sisi jika suatu sektor tertentu melakukan kegiatan produksi, hal ini berarti
sektor tersebut meningkatkan permintaannya terhadap hasil produksi sektor
lainnya. Di sisi lain, peningkatan output di sektor tersebut juga
menciptakan penawaran bagi sektor‐sektor lain
yang membutuhkan dari sektor tersebut.
Keterkaitan sektor pertanian dengan
sektor yang lainnya seperti sektor pariwisata terjadi dalam kegiatan ekonomi
pada bahasan Teh Sidamanik ini. Selain memanfaatkan teh sidamanik sebagai teh
yang mampu membantu proses penyembuhan penyakit, perkebunan teh dapat dijadikan
tempat wisata bagi wisatawan domestik atau mancanegara.
b. Analisis
Basis dan Non Basis
Kegiatan
basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada
kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong
tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu,
pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut.
Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh).
Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan (Priyarsono,
2007).
Kegiatan
ekonomi dalam sektor pertanian ini termasuk kedalam kegiatan ekonomi sektor
basis dan non basis karena dengan adanya sektor pertanian di kecamatan
Sidamanik komoditinya banyak di ekspor keluar negeri antara lain teh, kelapa
sawit, kakao. Sedangkan kegiatan basis yang terjadi dapat menjadi sumber
pendapatan masyarakat sekitar atau lokal. Perkebunan teh Sidamanik ini juga
dapat dijadikan sebagai kegiatan ekonomi dalam sektor pariwisata. Diharapkan akan
menambah nilai pendapatan masyarakat sekitar meningkat, penciptaan lapangan
kerja, dan peningkatan pendapatan suatu wilayah per kapita.
c.
Teori Lokasi
Teori ini sering digunakan untuk
penentuan atau pengembangan kawasan di suatu daerah. Lokasi usaha ditentukan
berdasarkan tujuan pengusaha, untuk mendekati bahan baku atau mendekati pasar.
Inti dari pemikiran ini didasarkan sifat rasional manusia yang cenderung
mencari keuntungan yang setinggi-tingginya dengan biaya serendah mungkin. Oleh
karena itu, pengusaha akan memilih lokasi usaha yang memaksimumkan keuntungan
dan meminimalkan biaya produksinya. Perkebunan teh Sidamanik dapat ditempuh
dengan jalan alternatif yang baik. Sidamanik memiliki satu
akses jalan raya yang membentang membelah dua kecamatan. Jalan raya adalah
batas kecamatan dengan daerah Panei Tongah . jalan aspalnya sangat mulus,
sehingga memudahkan alat transpotasi yang menuju Perkebunan Teh Sidamanik
menjadi lancar.
d. Analisis
Keterkaitan
Keterkaitan aktivitas antar sektor
dapat dianalisis dari tabel input-output, analisis keterkaitan tersebut
dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh suatu sektor pariwisata terhadap sektor
industri, sektor jasa, sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor lainnya
dalam sistem perekonomian. Dengan demikian dapat diukur tingkat ketergantungan
antar sektor dalam suatu sistem perekonomian serta sejauh mana pertumbuhan
suatu sektor dipengaruhi oleh sektor-sektor lainnya.
Backward Linkage menggambarkan
hubungan antara suatu sektor dengan input sektornya. Backward Linkage merupakan
suatu perhitungan untuk melihat keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor
input yang telah digunakan dalam proses produksi. Forward Linkage merupakan
suatu perhitungan untuk melihat keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor
lainnya yang akan memakainya sebagai input dalam proses produksi.
Keterkaitan ke belakang (BL)
merupakan hubungan antara sektor yang bersangkutan dengan input atau bahan
mentah sedangkan keterkaitan ke depan (FL) merupakan hubungan antara sektor
yang bersangkutan dengan output atau penjualan. Indikasi bahwa suatu sektor
memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi apabila nilai indeks keterkaitan
ke belakangnya (BL) >1, demikian pula indikasi bahwa suatu sektor memiliki
keterkaitan ke depan yang tinggi apabila nilai indeks keterkaitan ke depannya
(FL) >1.
Jadi hasil analisis keterkaitan
langsung ke depan dan ke belakang terlihat bahwa sektor yang memiliki nilai FL
yang tergolong tinggi adalah jasa, perdagangan, dan industri. Tingginya nilai
FL menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut berperan penting terhadap
sektor-sektor lain yang menggunakan output-nya secara langsung dalam
perekonomian Tapanuli Utara. Berdasarkan nilai koefisien input setiap
sektor, diketahui bahwa sektor yang paling banyak menggunakan output dari
sektor pariwisata adalah jasa, perdagangan, industri, pariwisata, dan pertanian
Proses keterkaitan dalam sektor pertanian
dapat dilihat dari proses sektor hulu(up stream) – hilir(down
stream). Sektor hulu dapat berupa kekayaan alam (teh sidamanik), Modal
(mesin pembuat teh), Tenaga kerja (pelayanan), Ketrampilan (atraksi). Sedangkan
sektor hilir berupa manfaat dari teh, kepuasan wisatawan dan keindahan kebun
teh.
TANTANGAN /KENDALA
Setelah zaman reformasi
dan privatisasi BUMN, kebun teh Sidamanik dimerger dengan kebun Bah Jambi yang
memproduksi kelapa Sawit. Karyawannya sekarang banyak yang di PHK, pensiun
dini, dan ada yang dipindahkan ke kebun lain di daerah Kerinci Riau. Dahulu
kebun Teh banyak menyerap tenaga kerja pemetik Teh, sekarang untuk memetik Teh
sudah mempergunakan mesin. Untuk menyemprot pupuk dan pembasmi hama sudah
memakai mesin. Semua sudah serba mesin. Tidak heran sekarang bila pasar
Sidamanik (disebut pekan) tidak seramai dulu.
Kendala Pengelolaan
perkebunan Teh di Sidamanik adalah kurangnya pemberdayaan terhadap Kebun Teh
Tersebut. Perkebunan Teh perlu mendapatkan perhatian Pemkab Simalungun
dalam hal pembangunan fasilitas seperti angkotan dan mini market. Dan agar
pihak pengelola Kebun Teh yang menjadi kebanggaan masyarakat Sidamanik,membuat
tempat pariwisata dan kebersihan kebun teh tetap terjaga. Permasalahannya juga
agar pemerintah dan masyarakat sekitar memperhatikan kebun teh agar tetap
berproduksi dan tidak terbuang, karena begitu banyak teh yang tebuang di
Sidamanik dan belum dikelola dengan baik. Agar perkebunan tetap di jaga
kebersihannya agar dapat di buat menjadi tempat pariwisata.
KESIMPULAN
Peningkatan output dapat memdorong
meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar. Sektor pertanian secara keseluruhan
memiliki keterkaitan yang cukup tinggi dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini
berarti sektor pertanian dapat diandalkan untuk mendorong pertumbuhan
sektor-sektor lain seperti pariwisata baik sektor hulu maupun hilirnya.
Dengan mempertimbangkan besarnya
kontribusi sektor paertanian untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Simalungun maka pemerintah diharapkan mengalokasikan anggaran pemerintah untuk
membangun wilayah kecamatan Sidamanik perkebunan teh. Selain letaknya yang
strategis kebun teh ini memiliki aset yang panjang jika dikelola dengan
baik.
Dalam pembangunan dan pengembangan
sektor pariwisata pemerintah tidak hanya melihat dari potensi yang ada tetapi
memperhatiakan dari segi pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung serta
dari segi penyerapan tenaga kerja.
Sumber:
-
Mudzakir, A, K, dan A. Suherman. 2007. Analisis Keterkaitan dan Damapak
pengganda Sektor Perikanan Pada perekonomian Jawa Tengah: Analisis
Input-Output. Undip. Semarang.
-
Pusat Penelitian Teh Dan Kina (http://www.ritc.or.id/berita/teh-hitam-untuk-pengendalian-diabetes.html)
-
Pryarsono, D. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka. Jakarta.
- Uchi. 2010. Pengembangan Wilayah.
Diakses dari: http://www.pengembangan-wilayah.blogspot.com /Diakses
pada:[3 Januari 2013][17.03 WIB]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar