Minggu, 06 Januari 2013

ANALISIS PENGEMBANGAN KOMODITI USAHA KACANG SIHOBUK DIKAWASAN KOTA TARUTUNG, TAPANULI UTARA

Oleh : Donna Christy Pandiangan/101201155
Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di bidang ekonomi, sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan  adalah tercapainya keseimbangan antara pertanian dan industri  serta perubahan-perubahan fundamental dalam stuktur ekonomi Indonesia sehingga produksi nasional yang berasal dari luar pertanian merupakan bagian yang semakin besar dan industri menjadi tulang punggung ekonomi. Dengan memperhatikan sasaran pembangunan di bidang ekonomi tersebut maka pembangunan di bidang industri memegang peranan yang penting.
Industri pangan menempati urutan yang pertama. Yang dimaksud dengan indutri pangan meliputi pengolahan buah-buahan dan sayur-sayuran, rempah-rempah, dan bumbu masak, mete, krupuk, pengolahan ikan, emping, tahu, dan tempe, makanan ringan dari kacang-kacangan dan kripik, roti, daging olahan serta tepung tapioca. Umunya industry pangan paling banyak bergerak dibidang agroindustri. Agroindutri bertujuan untuk menambah nilai komoditi pertanian melalui perlakuan-perlakuan yang dapat menambah kegunaan komoditi tersebut.
Kota Tarutung merupakan ibukota Kabupaten Tapanuli Utara dan terletak di  Kecamatan Tarutung. Potensi-potensi Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara saat ini baik yang sudah digali maupun belum digali merupakan modal dasar bagi pengembangan wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Potensi-potensi yang ada bila tidak mendapat perhatian khusus, selamanya akan menjadi potensi saja bukan keluaran produknya yang sangat penting. Salah satu potensi yang di miliki oleh Kabupaten Tapanuli Utara adalah potensi pertanian dan perkebunan.
 Kecamatan Tarutung  merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara yang mempunyai potensi sektoral (pariwisata, kehutanan) dan komoditi yang cukup baik dalam berbagai segi peruntukannya misalnya sebagai lahan permukiman, lahan pertanian, dan sebagainya. Kecamatan Tarutung posisinya  cukup strategis karena terletak  1,2 Km dari pusat Kabupaten Tapanuli Utara (Kecamatan Tarutung Dalam Angka, BPS Tahun 2010). 
Agar harapan tersebut dapat berwujud maka diperlukan suatu usaha agar dapat mengetahui secara pasti tentang potensi wilayah di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara dengan cara mengetahui komoditi yang dapat dikembangkan di daerah tersebut yang selanjutnya dapat dilakukan strategi perencanaan wilayah di Kecamatan Tarutung. Pembukaan suatu wilayah yang baru sebaiknya didahului dengan survei dan evaluasi tentang kemampuan lahan, sehingga di wilayah itu dapat digolongkan menurut penggunaannya.

Masalah
            Usaha yang berskala kecil, pertumbuhan sebagai industry kecil terutama dalam sector informal masih bersifat sementara, disebabkan karena:
1.      Penguasaan teknologi dan skala unit usaha yang masih tergolong rendah
2.      Terbatasnya kemampuaan keterampilan dan manajerial yang dimiliki oleh pekerja, keterbatasan modal, dan kendala dari pengusaha industry kecil itu sendiri.
Tujuan
            Tujuan dari makalah ini adalah menjaga agar ketersedian bahan baku mengadakan penyimpanan bahan baku untuk menghindari harga yang berfluktuasi. Selain itu, untuk memasarkan produk yang dihasilkan, koperasi membantu mencari daerah pemasaran baru didaerah Sumatera Utara dan diluar Pulau Sumatera, bahkan untuk di impor.
ISI
Potensi Komoditas
Usaha pembuatan kacang garing sudah ada sejak dahulu di Desa Sihobuk, ibu kota Tarutung dan merupakan usaha yang turun temurun. Pada awalnya usaha ini merupakan usaha sampingan rumah tangga untuk menambah penghasilan. Tetapi karena mendapat perhatian dari masyarakat dengan permintaan yang terus meningkat membuat para pengusaha kacang garing lebih konnsentrasi dan bersungguh-sungguh dalam mengusahakannya. Sampai sekarang, usaha ini menjadi sumber kehidupan utama dari sebagaian besar penduduk Desa Sihobuk, kota Tarutung.
Kuantitas Kacang Tanah
Pengusaha kacang Sihobuk memperoleh kacang tanah dari pasar lokal di daerah Kabupaten Tapanuli Utara. Dimana semua kecamatan di Tapanuli Utara menghasilkan komoditi kacang tanah. Mereka membeli kacang tanah dari kecamatan-kecamatan yang ada disekitar maupun dekat dengan kecamatan Tarutung. Daerah-daerah pemasok bahan baku tersebut antara lain kecamatan Andiankoting, Sipaholon, Pangaribuan, Garoga, Sipahutar, Siborong-borong, Muara, Parlilitan, Pangururan, dan Tarutung sendiri.  Panen kacang tanah dan banyak tersedia dipasaran terjadi bulan Januari dan Februari.
 
Kualitas Kacang Tanah
Kacang tanah yang dibeli oleh para pengusaha adalah kacang tanah yang telah memenuhi syarat kualitas. Kualitas kacang tanah yang dimaksud adalah harus benar-benar kering. Karena kekeringan kacang tanah ini akan mempengaruhi rasa dan kegaringan kacang yang dihasilkan. Syarat lain yang harus dipenuhi adalah kacang tanah tidak pecah dan kosong. Apabila kacang tanah yang diolah kosong akan cepat gosong sehingga akan mempengaruhi produk lain karena akan menimbulkan bau asap atau bau gosong, dan kalau kacang tanah yang diolah itu pecah akan memperbanyak sisa/sampah produk karena yang dijual adalah kacang yang tidak berisi dan tidak pecah. Bila hal ini terjadi akan menimbulkan kerugian bagi pihak pengusaha sendiri.
Sistem dan Saluran Pembelian Kacang Tanah
Pengadaan kacang tanah sebagai bahan baku pembuatan kacang garing, memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan sektor pertanian. Sistem pembeliaan bahan baku yang berlaku adalah didasarkan pesanan. Setiap pengrajin sudah memiliki beberapa langganan tertentu, sehingga apabila mereka memerlukan kacang tanah, mereka memesan langsung kepada langganannya dan diantar sendiri oleh produsen kacang tersebut. Seistem ini membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. 
 
Biaya Pembelian Bahan Baku
Besarnya biaya pembelian bahan baku sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku dipasar. Pada saat musim tanam padi didaerah Tapanuli Utara, yaitu bulan Juni-Juli, harga kacang tanah lebih mahal dari biasanya (Rp. 9.500/kaleng). Sedangkan pada musim panen kacang tanah tiba, bulan Januari-Februari, harga kacang tanah bisa turun sampai Rp. 6.000/kaleng ( 1 kaleng = 5 kilogram).
TANTANGAN DAN KENDALA
            Tantangan dan kendala yang dihadapi para pengusaha kavang garing adalah ketersediaan bahan baku pada saat bulan juni-juli. Hal ini disebabkan permintaan bulan tersebut tergolong banyak disebabkan karena bulan juni dan juli tergolong banyak sekolah-sekolah dan universitas yang libur, sehingga pesanan kacang Sihobuk pada bulan tersebut meningkat. Padahal, bulan juni dan juli merupakan panen beras.
            Selain itu, terdapat banyak saingan dalam penjualan kaang Sihobuk. Saingan bagi para pengusaha kacang garing Sihobuk ini, juga para pengusaha kacang yang masih berada disekitar Kecamatan Tarutung. Mereka juga memproduksi kacang garing dengan melakukan proses produksi yang sama dengan pengusaha kacang garing Sihobuk, dan rata-rata kemasan yang mereka buat tergolong sama dengan kemasan yang digunakan oleh pengusaha kacang garing Sihobuk
            Dengan adanya persaingan ini, tentu akan mempengaruhi besarnya volume penjuala, tetapi juga dapat memberikan dampak yang positif, yaitu bahwa dengan adanya persaingan tersebut akan menumbuhkan kegiatan berpikir secara kreatif diberbagai bidang dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
ANALISIS TEORI
Analisis Teori Basis dan Non Basis
            Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah mengambarkan tentang pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi disuatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi diwilayah tersebut. Dalam perekonomian regional dapat dibagi menjadi 2 setor yaitu sektor basis dan non basis. Basis merupakan kegiatan yang tidak terkait pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Non Basis merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat didaerah sendiri.
            Analisis perekonomian dalam sektor komoditi kacang Sihobuk di Tarutung, termasuk dalam sektor basis. Hal ini dikarenakan penjualan komoditas kacang Sihobuk sudah mengekesport kacang Sihobuk keluar batas perekonomian masyarakat Tapanuli utara.  Daerah pemasaran kacang Sihoduk ini sebagain besar di Kota Tarutung, dan mengambil tempat didaerah lintas propinsi. Daerah-daerah lain meliputi Medan, Balige, Parapat, Pulau Batam, Pekan Baru, dan telah dirintis untuk pengembangan pemasaran ke Jakarta. Selain itu, akhir-akhir ini tidak sedikit wisatawan mancanegara yang memesan kacang Sihobuk dalam julah yang besar untuk dibawa kenegeri sebagai oleh-oleh.
Sektor komoditi ini dapat mendorong tumbuhanya jenis pekerjaan lainnya seperti usaha kuliner dengan pembukaan restoran makanan dengan berbahan dasar kacang Sihobuk, penjualan kue khas kacang Sihobuk dan lain sebagainya. Selain menjadi ciri khas oleh-oleh dari Kabupaten Tapanuli Utara penjualan kacang Sihobuk ini akan menambah nilai pendapatan masyarakat petani kacang ketika permintaan akan kacang meningkat, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan suatu wilayah per kapita.
Dalam hal ini penjualan kacang Sihobuk dapat dipertimbangkan menjadi pengerak utama dalam pertumbuhan perekonomian suatu wilayah di Kota Tarutung. Hal ini didukung dengan pernyataan Adisasmita (2005) Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional.
Analisis Teori Lokasi
            Teori lokasi ini digunakan oleh pengusaha untuk memilih lokasi usaha yang memberikan keuntungan yang maksimal dan biaya produksi yang minimal. Untuk mempromosikan penjualan kacang Sihobuk ini para pengusaha lebih memilih menjualnya dikawasan dekat jalan raya atau daerah lintas propinsi. Keuntungan yang diambil dari lokasi dekat jalan raya ini, menyebabkan para konsumen lebih mudah membeli dan usaha kacang Sihobuk lebih gampang dilihat. Selain itu lokasi yang digunakan untuk mempromosikan kacang Sihobuk ini, salah satu sarana yang digunakan adalah melalui dinas perindustrian setempat, misalnya melalui pameran-pameran dan pesta-pesta budaya setempat seperti pesta Danau Toba di Parapat, atau kawasan perkotaan.
Analisis Input dan Output
            Teori input-output melihat keterkaitan antara sektor dalam suatu perekonomian.  Analisis tersebut akan menghasilkan dampak ekonomi pada sektor-sektor lainnya didalam perekonomian suatu wilayah. Manfaat dari analisis input dan output adalah mengambarkan kaitan antar sektor sehingga memperluas wawasan terhadap perekonomian suatu wilayah dan dapat meramalkan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan tingkat kemakmuran. Dalam usaha penjualan kacang Sihobuk tersebut. Kegiatanan mengolah bahan baku kacang tanah menjadi kacang garing, mengakibatkan bertambahnya nilai komoditi tersebut. Yang menjadi Input dalam penjualan usaha kacang Sihobuk terdiri dari: Kacang tanah yang berkualitas baik, Alat untuk mengongseng, Plastik untuk membungkus (plastik kemasan), Kayu bakar
Sedangkan yang menjadi ouput dalam usaha kacang garing tersebut adalah kacang Sihobuk, kue dari kacang garing, bahkan makan khas Kacang sihobuk. Untuk mendukung analisis input-output data yang diperlukan merupakan variabel nilai tambanhanya. Yang terdiri dari Output, Input, dan Harga :
-          Hasil produksi (kg/bulan)
-          Bahan baku (kg/bulan)
-          Tenaga kerja (hari kerja/bulan)
-          Faktor konfersi (1:2)
-          Koefisien tenaga kerja (hari kerja/bulan)
-          Harga produk rata-rata (Rp/Kg)
-          Upah kerja rata-rata (Rp/hari kerja)
Analisis Teori Linkages
Analisis teori linkages merupakanteori tentang efek keterkaitan. Teori linkages terkait dengan adanya teori basis. Untuk mengetahui proses produksi mulai dari up stream (hulu) sampai kepada down stream (hilir). Teori keterkaitan untuk usaha kacang garing ini terdiri dari bibit kacang tanah, lahan, peralatan, bangunan (home industry), obat-obatan, pasir, kayu bakar, plastik kemasan. Komponen tersebut merupakan up stream (hulu) dari usaha dagang kacang garing. Sedangkan komponen down stream (hilir) terdiri atas kacang dan limbah. Dalam hal ini, kacang dapat dikembangkan lagi menjadi kue dan makanan utama. Dari proses produksi tersebut, terdapat nilai tambah bersih  berupa tenaga kerja (membutuhkan gaji/upah), modal (keuntungan), dan alat (nilai sewa). Dari penjabaran diatas, dalam usaha kacang garing itu, terdapat keterkaitan atar sektor yang satu dengan yang lain.
 
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Kuantitas kacang tanah didaerah Tapanuli Utara selalu mengalami peningkatan sehingga menjamin ketersediaan bahan baku bagi pengusaha kacang garing. Tingkat pertumbuhan produksi bahan bau di Daerah Kabupaten Tapanuli Utara mnunjukkan angka positif dan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha industri kecil ini mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan dimasa yang akan datang.
            Untuk mengembangkan usaha Kacang Sihobuk dapat dilakukan dengan beberapa analisis, baik analisis basis dan non basis, analisis input-output, analisis lokasi dan analisis linkages.
            Dalam usaha pengembangan industri kecil dimasa yang akan datang, maka sebaiknya dilakukan langkah-langkah perbaikan antara lain dari segi pengorganisasian dan permodalan. Serta untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, perlu dilakukan pembinaan dan pelatihan baik untk pengurus koperasi maupun anggota

Saran
            Diharapkan dalam ketersedian bahan baku mengadakan penyimpanan bahan baku untuk menghindari harga yang berfluktuasi. Demikian juga untuk memasarkan produk yang dihasilkan, sebaiknya koperasi membantu mencari daerah pemasaran baru didaerah Sumatera Utara dan diluar Pulau Sumatera, bahkan untuk di impor.
 
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Perindustrian Dirgen Industri Kecil. 1992. Industri Kecil dalam Angka. Departemen Perindustrian. Jakarta

Hermawan dan Yudha. 2009. Penelitian Sosial Ekonomi Pemdahan Ruas Jalan Aek Latong (Tarutung-Sipirok). Kolokium Hasil Penelitian Dan Pengembangan Jalan dan Jembatan TA. Bandung.

Sihombing, T. 1991. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Teknologi Pertanian di Pedesaan Tapanuli Utara. Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Sinaga, H. 1994. Telaah Keragaa Agroindustri dan Prospek Pengembangan Industri Kecil Kacang Garing di Kopinkkra Maduma Jaya, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor

--------. 2011. Analisis Sektor dan Komoditi Unggulan Daerah Kabupaten Serdang Begadai. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara





1 komentar:

  1. terima kasih atas postingan nya sangat membantu,
    Bagaimana dengan strategi membuat inovasi baru produk "kacang sihobuk"? just opini

    BalasHapus