Senin, 07 Januari 2013

POTENSI “TEH SIDAMANIK” DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN SIMALUNGUN


POTENSI “TEH SIDAMANIK” DALAM  RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN SIMALUNGUN
Oleh : Astri Hutauruk/ 101201145
Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konsep pengembangan wilayah dikembangkan dari kebutuhan suatu daerah untuk meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata kehidupan sosial, ekonomi, budaya, pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Pengaruh globalisasi, pasar bebas dan regionalisasi menyebabkan terjadinya perubahan dan dinamika spasial, sosial dan ekonomi antar negara, antar daerah (kota/kabupaten), kecamatan hingga perdesaan.
Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untuk mendorong terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis melalui pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis.
Di Sumatera Utara terdapat berbagai komoditi hasil-hasil perkebunan, seperti: karet, sawit, kopi nilam, jahe, kemiri, aren, pinang, coklat, kelapa, panili, kemenyan, kulit manis, dan cengkeh yang memberi peluang untuk mendirikan industri pengolahan hasil perkebunan. Luas areal perkebunan adalah 1.629.156 Ha atau 22,73% dari Luas Sumatera Utara, dengan produksi sebesar 12.225.234 ton untuk 23 komoditi diantaranya sawit, karet, kopi, teh, kakao dan kelapa.
Kabupaten Simalungun adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara, Indonesia. Kabupaten ini memiliki 30 kecamatan dengan luas 438.660 ha tau 6,12 % dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Tanah Jawa dengan luas 49.175 ha, sedangkan yang paling kecil luasnya adalah Kecamatan Dolok Pardamean dengan luas 9.045 ha. Keseluruhan kecamatan terdiri dari 306 desa dan 17 kelurahan.
 Sidamanik adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sidamanik merupakan daerah pertanian, dengan lahan pertanian non sawah yang cukup luas. Berdasarkan penggunaan lahan, wilayah Sidamanik merupakan areal pertanian yang sangat produktif, dengan lebih dari 60% merupakan lahan pertanian non sawah. Tidak salah jika dikatakan bahwa potensi ekonomi Kabupaten Simalungun sebagian besar terletak pada produksi pertaniannya. Produksi lainnya termasuk tanaman pangan, perkebunan, pertanian lainnya, industri pengolahan serta jasa. Melihat kekayaan sumber daya alam yang melimpah tetapi tidak diikuti oleh pertumbuhan ekonomi yang meyakinkan, atau dengan fakta pertumbuhan ekonomi yang rendah, yaitu pertumbuhan ekonomi yang selalu berada dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi provinsi, maka sangat disayangkan jika potensi-potensi besar yang ada di Kabupaten Simalungun tidak bisa mendongkrak pertumbuhan perekonomian wilayah tersebut ketingkat pertumbuhan yang lebih tinggi.
Permasalahan
Dengan alasan mengalami kerugian, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) 4  akan melakukan konversi lahan perkebunan teh Sidamanik, Simalungun menjadi perkebunan sawit. PTPN 4 mengaku mengalami kerugian hingga Rp 50 miliar per tahun dari perkebunan teh di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Direktur Perencanaan dan Pengembangan Usaha PTPN 4 Ahmad Haslan Saragih dalam rapat dengar pendapat di Komisi B DPRD Sumut di Medan, Selasa  (17/1/2012) mengatakan, kerugian itu muncul bukan karena rendahnya kualitas budi daya tanaman, melainkan disebabkan rendahnya harga jual komoditas tersebut di pasaran
“Kondisi ini disebabkan tidak adanya peningkatan harga jual komoditas teh dalam 10 tahun terakhir serta tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan,” katanya.
Selain itu, perubahan iklim yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir telah menyebabkan kualitas (inner quality) yang menjadi ciri khas teh Bah Butong di Sidamanik menurun. Kondisi itu diperparah dengan banyaknya tanaman teh yang berada di Kabupaten Simalungun tersebut yang sudah tua sehingga tidak mampu menghasilkan daun yang berkualitas.
Karena itu, PTPN 4 berkeinginan untuk melakukan konversi lahan dengan mengubah areal yang berada di bawah 1.000 meter diatas permukaan laut (DPL) tersebut menjadi perkebunan sawit. Proses konversi yang memberikan hasil yang lebih baik itu telah dilakukan di perkebunan teh di bah Birong Ulu di Kecamatan Jorlang Hataran dan perkebunan Marjadi di Kecamatan Panei.
Konversi yang dilakukan PTPN 4 di dua areal perkebunan teh yang berada di ketinggian 800 DPL tersebut telah memberikan peningkatan hasil yang signifikan bagi BUMN tersebut. “Kalau (perkebunan teh Sidamanik) dikonversi, PBB Pemkab Simalungun akan bertambah,” katanya.
Anggota Komisi B DPRD Sumut Brilian Moktar mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan rencana PTPN 4 tersebut karena perkebunan teh Sidamanik merupakan ciri khas Simalungun. “Rambutan Binjai sudah hilang, mangga Parapat juga hilang. Apa teh Sidamanik juga akan dihilangkan?,” katanya.
Politisi PDI Perjuangan itu mengaku tidak dapat menerima alasan kerugian dalam produksi teh tersebut yang menjadi pertimbangan PTPN 4 untuk melakukan konversi perkebunan teh Sidamanik.
Menurut dia, China mampu menerima keuntungan yang cukup banyak dari produksi teh dengan penyajian yang modern dan promosi yang baik.
PTPN 4 diharapkan tidak terlalu “mendewakan” perkebunan kelapa sawit karena produksinya juga tidak terlalu menguntungkan jika hanya mengandalkan penjualan minyak mentah (crude palm oil/CPO) tanpa didukung industri turunan. “Teh Sidamanik tidak harus dikonversi. Masih bisa dicari cara lain,” katanya. (Antara)
(Sumber : http://medanmagazine.com)
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah menjaga agar pemerintah kecamatan Sidamanik dapat mempertimbangkan perencanaan konversi kebun teh di Kecamatan Sidamanik. Dan juga menjaga harga jual komoditas teh. Selain itu, untuk memasarkan produk yang dihasilkan, koperasi membantu mencari daerah pemasaran baru didaerah Sumatera Utara dan diluar Pulau Sumatera, bahkan untuk di impor.




POTENSI

Teh Sidamanik
            Kebun Teh ini dapat diakses dengan rute Pematangsiantar – Simpang Dua – Kecamatan Sidamanik. Letaknya hanya sekitar 20 km dari Pematangsiantar dan dari Raya hanya memerlukan jarak tempuh 10 km. Sidamanik memiliki satu akses jalan raya yang membentang membelah dua kecamatan. Jalan raya adalah batas kecamatan dengan daerah Panei Tongah.
Aroma daun teh yang khas, kesegaran sejuknya udara yang bebas dari polusi serta langit cerah dengan corak awan yang yang terus tersapu angin membuat tempat ini semakin indah dan wajib dikunjungi setiap kali perjalanan menuju Danau Toba.
Kebun Teh Sidamanik yang dikelola oleh PTPN IV ini terletak di Kabupaten Simalungun dan memiliki Luas 8.372,75 Ha bahkan sampai saat ini kebun teh Sidamanik masih merupakan Kebun teh untuk jenis teh hitam terbesar ke-dua di Indonesia setelah Jawa Barat.
Teh Sidamanik adalah yang teh hitam yang berasal dari pucuk daun teh berkualitas, diolah dan diproses secara canggih dan higienis menjadi teh hitam, berkualitas ekspor, bermanfaat besar untuk membantu proses penyembuhan penyakit, khususnya diabetes, jantung koroner, stroke, darah tinggi, kanker hati, jika diminum secara tepat dan setiap hari.



Potensi Komoditas
Produksi Teh di Kabupaten Simalungun merupakan produksi terbesar kedua di Sumatera Utara pada tahun 2003 sesudah Kabupaten Deli Serdang.Produksi Kelapa sawit dari perkebunan yang ada di kabupaten ini menjadi komoditas utama, kedua terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten Labuhanbatu (2001).Selain memproduksi Kelapa Sawit, perkebunan rakyat di Simalungun juga menghasilkan Karet dan Cokelat, selain Teh (Kecamatan Raya dan Sidamanik) yang jumlah produksinya semakin menurun. Penjualan hasil tani Karet dibantu oleh kehadiran PT Good Year Sumatra Plantations (didirikan 1970) yang biarpun memiliki perkebunan sendiri tetapi tetap menampung hasil perkebunan rakyat dan mengolahnya menjadi bahan setengah jadi sebelum menjualnya ke luar daerah.
Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya, sayur-mayur dan jeruk malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Luas areal pertanian meliputi lahan sawah irigasi teknis seluas 135.872 ha, sawah non irigasi teknis seluas 141.383 ha, dengan saluran irigasi primer, sekunder dan tersier sepanjang 820.462 meter. Pada 2005, sawah-sawah ini menghasilkan 3.447.784 ton padi, sedangkan di tahun 2006 hanya memproduksi 3.030.784 ton padi.
Bukan hanya padi yang dihasilkan, tetapi juga 1.298.230 ton palawija, hortikultura dan sayur-sayuran. Beberapa jenis tanaman yang dikembangkan antara lain 218.375 ha lahan jagung dengan hasil produksi 739.067 ton; 13.142 ha tanaman kedelai dengan hasil produksi 15.


Di sektor perkebunan, menunjukkan progress menggembirakan. Pada 2005, misalnya, luas areal perkebunan 1.746.340 ha, lalu bertambah menjadi 1.788.943 ha pada 2006, terdiri atas 1.008.525 ha perkebunan rakyat, 363.106 ha perkebunan pemerintah, dan 365.992 ha perkebunan swasta dengan total hasil produksi 4.199.834 ton. Total produksi perkebunan pada 2006 mencapai 1.788.943 ton, meningkat dibandingkan total produksi 2005 sebesar 4.048.411 ton.

ANALISA PENGEMBANGAN WILAYAH
a.         Analisis Output-Input
Analisis ini melihat keterkaitan antarsektor dalam suatu perekonomian. Dalam analisis inputoutput kegiatan produksi suatu sektor akan menghasilkan dampak ekonomi pada sektorsektor lainnya di dalam perekonomian tersebut. Disatu sisi jika suatu sektor tertentu melakukan kegiatan produksi, hal ini berarti sektor tersebut meningkatkan permintaannya terhadap hasil produksi sektor lainnya. Di sisi lain, peningkatan output di sektor tersebut juga menciptakan penawaran bagi sektorsektor lain yang membutuhkan dari sektor tersebut.
Keterkaitan sektor pertanian dengan sektor yang lainnya seperti sektor pariwisata terjadi dalam kegiatan ekonomi pada bahasan Teh Sidamanik ini. Selain memanfaatkan teh sidamanik sebagai teh yang mampu membantu proses penyembuhan penyakit, perkebunan teh dapat dijadikan tempat wisata bagi wisatawan domestik atau mancanegara.
b.         Analisis Basis dan Non Basis
Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan (Priyarsono, 2007).
Kegiatan ekonomi dalam sektor pertanian ini termasuk kedalam kegiatan ekonomi sektor basis dan non basis karena dengan adanya sektor pertanian di kecamatan Sidamanik komoditinya banyak di ekspor keluar negeri antara lain teh, kelapa sawit, kakao. Sedangkan kegiatan basis yang terjadi dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat sekitar atau lokal. Perkebunan teh Sidamanik ini juga dapat dijadikan sebagai kegiatan ekonomi dalam sektor pariwisata. Diharapkan akan menambah nilai pendapatan masyarakat sekitar meningkat, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan pendapatan suatu wilayah per kapita.

c.            Teori Lokasi
Teori ini sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan kawasan di suatu daerah. Lokasi usaha ditentukan berdasarkan tujuan pengusaha, untuk mendekati bahan baku atau mendekati pasar. Inti dari pemikiran ini didasarkan sifat rasional manusia yang cenderung mencari keuntungan yang setinggi-tingginya dengan biaya serendah mungkin. Oleh karena itu, pengusaha akan memilih lokasi usaha yang memaksimumkan keuntungan dan meminimalkan biaya produksinya. Perkebunan teh Sidamanik dapat ditempuh dengan jalan alternatif yang baik. Sidamanik memiliki satu akses jalan raya yang membentang membelah dua kecamatan. Jalan raya adalah batas kecamatan dengan daerah Panei Tongah . jalan aspalnya sangat mulus, sehingga memudahkan alat transpotasi yang menuju Perkebunan Teh Sidamanik menjadi lancar.
d.         Analisis Keterkaitan
Keterkaitan aktivitas antar sektor dapat dianalisis dari tabel input-output, analisis keterkaitan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh suatu sektor pariwisata terhadap sektor industri, sektor jasa, sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor lainnya dalam sistem perekonomian. Dengan demikian dapat diukur tingkat ketergantungan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian serta sejauh mana pertumbuhan suatu sektor dipengaruhi oleh sektor-sektor lainnya.
Backward Linkage menggambarkan hubungan antara suatu sektor dengan input sektornya. Backward Linkage merupakan suatu perhitungan untuk melihat keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor input yang telah digunakan dalam proses produksi. Forward Linkage merupakan suatu perhitungan untuk melihat keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor lainnya yang akan memakainya sebagai input dalam proses produksi.
Keterkaitan ke belakang (BL) merupakan hubungan antara sektor yang bersangkutan dengan input atau bahan mentah sedangkan keterkaitan ke depan (FL) merupakan hubungan antara sektor yang bersangkutan dengan output atau penjualan. Indikasi bahwa suatu sektor memiliki keterkaitan ke belakang yang tinggi apabila nilai indeks keterkaitan ke belakangnya (BL) >1, demikian pula indikasi bahwa suatu sektor memiliki keterkaitan ke depan yang tinggi apabila nilai indeks keterkaitan ke depannya (FL) >1.
Jadi hasil analisis keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang terlihat bahwa sektor yang memiliki nilai FL yang tergolong tinggi adalah jasa, perdagangan, dan industri. Tingginya nilai FL menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut berperan penting terhadap sektor-sektor lain yang menggunakan output-nya secara langsung dalam perekonomian Tapanuli Utara. Berdasarkan nilai koefisien input setiap sektor, diketahui bahwa sektor yang paling banyak menggunakan output dari sektor pariwisata adalah jasa, perdagangan, industri, pariwisata, dan pertanian
Proses keterkaitan dalam sektor pertanian dapat dilihat dari proses sektor hulu(up stream) – hilir(down stream). Sektor hulu dapat berupa kekayaan alam (teh sidamanik), Modal (mesin pembuat teh), Tenaga kerja (pelayanan), Ketrampilan (atraksi). Sedangkan sektor hilir berupa manfaat dari teh, kepuasan wisatawan dan keindahan kebun teh.

TANTANGAN /KENDALA
Setelah zaman reformasi dan privatisasi BUMN, kebun teh Sidamanik dimerger dengan kebun Bah Jambi yang memproduksi kelapa Sawit. Karyawannya sekarang banyak yang di PHK, pensiun dini, dan ada yang dipindahkan ke kebun lain di daerah Kerinci Riau. Dahulu kebun Teh banyak menyerap tenaga kerja pemetik Teh, sekarang untuk memetik Teh sudah mempergunakan mesin. Untuk menyemprot pupuk dan pembasmi hama sudah memakai mesin. Semua sudah serba mesin. Tidak heran sekarang bila pasar Sidamanik (disebut pekan) tidak seramai dulu.
Kendala Pengelolaan perkebunan Teh di Sidamanik adalah kurangnya pemberdayaan terhadap Kebun Teh Tersebut. Perkebunan Teh  perlu mendapatkan perhatian Pemkab Simalungun dalam hal pembangunan fasilitas seperti angkotan dan mini market. Dan agar pihak pengelola Kebun Teh yang menjadi kebanggaan masyarakat Sidamanik,membuat tempat pariwisata dan kebersihan kebun teh tetap terjaga. Permasalahannya juga agar pemerintah dan masyarakat sekitar memperhatikan kebun teh agar tetap berproduksi dan tidak terbuang, karena begitu banyak teh yang tebuang di Sidamanik dan belum dikelola dengan baik. Agar perkebunan tetap di jaga kebersihannya agar dapat di buat menjadi tempat pariwisata.

KESIMPULAN
Peningkatan output dapat memdorong meningkatnya pendapatan masyarakat sekitar. Sektor pertanian secara keseluruhan memiliki keterkaitan yang cukup tinggi dengan sektor-sektor lainnya. Hal ini berarti sektor pertanian dapat diandalkan untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain seperti pariwisata baik sektor hulu maupun hilirnya.


Dengan mempertimbangkan besarnya kontribusi sektor paertanian untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Simalungun maka pemerintah diharapkan mengalokasikan anggaran pemerintah untuk membangun wilayah kecamatan Sidamanik perkebunan teh. Selain letaknya yang strategis kebun teh ini memiliki aset yang panjang jika dikelola dengan  baik.
Dalam pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata pemerintah tidak hanya melihat dari potensi yang ada tetapi memperhatiakan dari segi pembangunan sarana dan prasarana yang mendukung serta dari segi penyerapan tenaga kerja.

Sumber:        
- Mudzakir, A, K, dan A. Suherman. 2007. Analisis Keterkaitan dan Damapak pengganda Sektor Perikanan Pada perekonomian Jawa Tengah: Analisis Input-Output. Undip. Semarang.

- Pryarsono, D. 2007. Ekonomi Regional. Universitas Terbuka. Jakarta.

- Uchi. 2010. Pengembangan Wilayah. Diakses dari: http://www.pengembangan-wilayah.blogspot.com  /Diakses pada:[3 Januari 2013][17.03 WIB]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar