Minggu, 06 Januari 2013

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN BUNGA POT DI DESA BANGUN SARI , KECAMATAN TANJUNG MORAWA, KABUPATEN DELI SERDANG


Oleh: Putri Yani / 101201151
Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Desa Bangun Sari terletak di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Tanjung Morawa, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1053,97 Ha. Jumlah penduduk di Desa Bangun Sari Sebesar 11.439 jiwa. Desa Bangun Sari berada pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut, dengan curah huja rata-rata 1500-2500 mm/tahun. Di Kabupaten Deli Serdang daerah yang paling banyak mengusahakan bunga pot sebagai salah satu mata pencaharian adalah di Kecamatan Tanjung Morawa, Desa Bangun Sari di Gg. Madirsan. Hampir seluruh masyarakat di desa ini mengusahakan bunga pot sebagai salah satu mata pencaharian hidup mereka. Bunga pot identik dengan tanaman hias karena bunga yang di tanam di dalam pot terbatas pada tanaman kecil-kecil dan diletakkan sebagai penghias ruangan atau menciptakan lingkunga yang indah. Saat ini antusiasme masyarakat akan bunga pot sangatlah besar dan meningkat jumlah konsumennya seiring bertambahnya pesatnya pembangunan di perkotaan. Hal ini memberikan prospek yang bagus bagi para petani usahayani bunga pot dalam meningkatnkan pendapatan mereka. (Palungkun, dkk, 1999)
            Kebutuhan akan bunga di Indonesia yang merupakan salah satu produk florikultura cukup mengesankan. Dalam hal ini dapat dilihat pada kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bunga merupakan kebutuhan tak terpisahkan dalam upacara keagamaan, upacara perkawinan, upacara pemakaman, dan hari besar. Di Negara-negara Eropa pruduk hortikultura telah lama dijadikan komoditas perdagangan internasional yang sangat penting. Belanda sebagai contoh telah mampu memanfaatkan tanaman hias sebagai komoditas ekspor utama, misalnya bunga tulip, azalea, dan beberapa stek tanaman hias               (Ashari, 1995).
            Kebutuhan akan tanaman hias kini makin meluas, tidak hanya terbatas pada kalangan atas, melainkan masyarakat awam pun ingin memilikinya. Hal ini disbabkan oleh:
a.         Sebagian besar masyarakat, termasuk generasi muda yang tingkat pendidikannya tinggi, makin sadar akan pentingnya lingkungan yang asri dan bebas polusi.
b.        Tanaman tidak hanya berfungsi sebagai peneduh dan penyejuk, tetapi berfungsi juga sebagai tanaman hias yang mengandung nilai estetika. Dan dapat memicu gairah kerja.
c.         Adanya kecenderungan masyarakat yang mulai beralih dari jenis tanaman hias imitasi ke tanaman hias alami.
d.        Sebagian besar masyarakat menganggap tanaman hias sebagai salah satu elemen interior yang dapat menciptakan suasana indah, asri sejuk.
e.         Masyarakat telah menyadari bahwa ruangan yang hanya dihiasi dengan mebel-mebel mewah terasa kurang indah tanpa hadirnya tanaman indoor di dalam ruangan.
f.         Banyak hotel, perkantoran, dan plaza menampilkan tanaman hias indoor sebagai salah satu elemen interior.
g.        Makin menciutnya lahan dan populasi tanaman akibat begitu pesatnya pembangunan membuat banay orang merindukan tanaman di dalam ruangan.
(Sudarmono, 1997).

Permasalahan
                Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah:
1.         Apakah bunga pot hias menjadi sektor unggulan di desa Bangun Sari?
2.    Apakah peningkatkan produktivitas bunga pot hias di Desa Bangun Sari menjadikan indikator bahwa desa tersebut merupakan  kegiatan basis ?

Tujuan
1.  Untuk menentukan strategi pengembangan dan pengembangan dalam usaha peningkatan produktivitas bunga pot.
2.      Untuk mengetahui keunggulan dari sektor tanaman hias bunga pot di Desa Bangun Sari.

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN  BUNGA POT DI DESA BANGUN SARI , KECAMATAN TANJUNG MORAWA, KABUPATEN DELI SERDANG

            Akhir-akhir ini penggemar tanaman hias semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya status social, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian tanaman hias tanaman hias mempunyai prospek yang sangat baik bila dikembangkan sebagai usaha agrobisnis. Konsumen tanaman hias tidak hanya masyarakat di dalam negri saja, tetapi masyarakat luar negri pun dapat menjadi konsumen yang sangat potensial. Oleh karena itu tanaman hias patut dikembangkan sebagai usaha agrobisnis untuk meningkatnkan eksport non migas seperti yang selalu dianjurkan oleh pemerintah.
Tata Guna Tanah        
            Tanah di Desa Bangun Sari menurut fungsinya dibagi menjadi areal pemukiman, perkebunan, pertanian dan untuk kegiatan social masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 1.          
No
Uraian
Luas (Ha)
Persentase (%)
1.
Pemukiman
257,32
24,28
2.
Perkebunan
180
16,98
3.
Perikanan
6
0,57
4.
Lahan Kering
495
46,70
5.
Sawah
96
9,06
6.
Perkuburan, Mesjid, Gereja, dll
25,65
2,42
Total
1059,97
100,00
Sumber: Data Monografi Desa Bangun sari
            Kendala usahatani hortikultura dibeberapa Negara berkembang, termasuk Indonesia adalah rendahnya nilai pendapatan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan lahan yang dimiliki petani dan posisi penawaran pada pihak petani yang kurang kuat.
               Jika para petani tanaman hias dapat menekan biaya produksi serendah mungkin dan menyesuaikan penggunaan tenagakerja maka penerimaan dan pendapatan usahatani pun akan sesuai dengan apa yang telah dikorbankan dan usahataninya pun akan dapat dikatakan sukses dengan tidak lupa untuk memperhatikan mutu produk yang baik dan bagus sehingga lebih banyak dapat di ekspor keluar.
            Di tiga gang yakni Gang Darmo, Madirsan, dan Sumber. Kawasan yang terletak di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, ini sejak tahun ‘80-an terkenal sebagai sentra penjual tanaman bunga dan hias di Sumatera Utara tersebut terdapat sekitar 400 kepala keluarga dari total 600 kepala keluarga yang menggantungkan hidup dari budi daya dan menjual bunga dan tanaman hias. Mereka membudidayakannya di pekarangan rumah atau menyewa lahan. Tiap pengusaha tanaman biasanya dibantu minimal empat orang pekerja. Ribuan spesies bunga dan tanaman hias dapat dibeli di sini, seperti mawar, anggrek, euforbia, cemara, dan beringin. Harganya pun beragam, mulai dari seribu rupiah sampai sepuluh juta rupiah. Harga tertinggi dipegang cemara udang dan pohon serut. Tanaman yang sudah “jadi” (sudah besar dan dibentuk indah) harganya mencapai sepuluh juta rupiah.
            Tidak hanya pejalan kaki yang datang membeli, orang bermobil mewah pun berderet di pinggir jalan memilih bunga yang disukai. Bunga di desa tersebut juga dikirim ke Berastagi (yang dikenal sebagai kota asal bunga di Sumut), Medan, Dumai, Rantau Perapat, Pinang, Pekan Baru, Jambi, Batam, Padang, Aceh, dan juga diekspor ke Thailand, Singapura, Malaysia, Jepang serta China. Setiap hari tidak kurang dari dua truk tanaman (Kaputra, 2010)
            Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam melaksanakan kegiatan usahatani, karena tanpa adanya tenaga kerja maka proses produksi tanaman tidaklah berlangsung dengan baik. Tenaga kerja dalam usahatani tanaman hias adalah tenaga kerja dalam keluarga, akan tetapi jika pada waktu tertentu terjadi kekurangan tenaga kerja dalam keluarga maka digunakan tenaga kerja upahan. Usahatani hias banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dibandingkan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini dikarenakan bahwa petani tanaman hias di daerah penelitian tidak begitu memerlukan tenaga kerja upahan karena faktor luas lahan yang tidak besar.
            Input tanaman, yaitu pupuk, diambil dari kandang ternak ayam yang banyak terdapat di sekitar Tanjung Morawa, serta kotoran kambing dan sapi yang banyak di Lubuk Pakam dan sekitarnya. Sebagian petani bunga juga melakukan pembuatan dan pengolahan pupuk kompos secara mandiri. Sedangkan untuk menghindarkan dari serangan hama para petani menggunakan sungkup sebagai pelindung.
            Berkembangnya usaha tanaman bunga dan hias di kawasan Desa Bangun Sari, khususnya di Gang Darmo, Madirsan, dan Sumber, telah menghidupkan perekonomian warga setempat dan mampu menyerap tenaga kerja yang ada. Geliat perekonomian di kawasan ini merasuk hingga bagian terpencil desa ini. Dari tiga gang sentra pedagang bunga, jika kita masuk lebih jauh ke dalam, terdapat sekitar 80 KK (Kepala Keluarga) petani yang juga membudidayakan bunga dan tanaman hias.
            Hal-hal yang menjadi masalah-masalah ekonomi dalam pengembangan usahatani bunga pot antara lain :
1.      Keterbatasan lahan
2.      Pemasaran
3.      Persaingan usaha
4.      Daya tahan produksi
5.      Permodalan
6.      Transportasi
            Adapun juga masalah-masalah sosial dalam pengembangan usahatani bunga pot di Gg. Madirsan cukup bervariasi. Masalah-masalah sosial tersebut meliputi :
1.    Keamanan
2.    Penguasaan teknik budidaya
3.    Pembinaan atau penyuluhan oleh PPL dan dinas terkait
4.    Masuknya bunga import/bunga plastik.
            Upaya-upaya yang telah dilakukan para petani dalam mengatasi masalah-maslah ekonomi di Desa Bangun Sari
1.      Keterbatasan Lahan
Upaya yang dilakukan petani dalam mengatasi keterbatasan lahannya adalah dengan membangun beberpaa rak ataupun naungan yang berisikan rak-rak bibit bunga. Para petani yang memiliki luas lahan yang terbatas umumnya melakukan kegiatan pembuatan rak-rak tersebut. Karena untuk memperluas lahan mereka dan terhambat oleh masalah permodalan. Jaminan investasi luas lahan usaha tani mereka yang kecil tidak dapt memberikan pinjaman kredit ke bank atau lembaga keuangan lainnya.
2.      Pemasaran
Masalah pemasaran yang ditemukan sering berhubungan dengan masalah jatuhnya harga yang diakibatkan oleh persaingan harga denganusaha tani bunga pot lainnya, bibit-bibit bunga yang dijual tidak laku dipasaran akibat kondisi perekonomian saat ini. Para petani berharap adanya tindakan dinas terkait yang dapat memberikan akses pasar yang lebih luas lagi agar bibit-bibit bunga yang ditanam dapat dipasarkan dengan harga yang tidak merugikan para petani.
3.      Persaingan Usaha
Para pemilik usaha tani bunga pot berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki mutu, dan keindahan bibit-bibit bunga yang mereka jual. Serta memberkan penawaran yang menarik minat para konsumen atau para , proyek-proyek dan perhotelan.pelanggan bunga pot yang berasal dari luar daerah.
4.      Daya Tahan Produksi
Upaya para petani dalam meningkatkan daya tahan produk mereka adalah dengan memberikan perawatan yang baik agar bibit bunga yang ditanam vigor, indah dan menarik. Perawatan ini biasanya dilakukan petani pada saat pembibitan dengan cara pemberian media tanam yang ditambah dengan pupuk kandang, sekam, NPK, dan penambahan pupuk kompos setiap harinya. Para petani umumnya menggunakan teknik bertanam masing-masing dengan pengalaman yang sudah dimiliki.


5.      Permodalan
Usaha yang dilakukan para petani dalam menambah modal mereka yakni dengan cara membuka sumber usaha lainnya yang dapat menambah investasi usahatani mereka. Usaha lain itu dapat berupa membuka warung, toko, penjualan pupuk dan obat-obatan, seta usaha lainnya.
6.      Transportasi
Bagi para petani menghadapi masalah dalam pengadaan transportasi dari rental pick up ataupn becak mesin yang ada di desa tersebut. Para petani juga mencoba untuk mengangsur secara kredit alat transportasi karena untuk selalu menyewa cukup memberatkan bagi petani pada saat sekarang ini.
               Pesatnya usaha bunga memunculkan jenis usaha lain, yakni pembuatan pot atau vas bunga dari semen dan tanah liat. Ada lebih dari 30 industri rumahan pembuat pot bunga yang tumbuh di desa ini yang masing-masingnya mempekerjakan minimal enam orang. Selain itu, juga muncul lebih dari sepuluh bengkel las pembuat rak pot dari baja bulat yang dibentuk bertingkat-tingkat untuk menyusun pot bunga. Bengkel las ini juga menyerap tenaga kerja dua sampai empat orang per bengkelnya.



KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Berkembangnya usaha tanaman bunga dan hias di kawasan Desa Bangun Sari, khususnya di Gang Darmo, Madirsan, dan Sumber, telah menghidupkan perekonomian warga setempat.  Kegiatan ini disebut kegiatan basis karena secara produksi tanaman hias di Desa Bangun Sari lebih tinggi dari pada daerah yang lain dan produk tanaman yang dihasilkan ada yang diekspor dan mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.
            Pesatnya usaha bunga memunculkan jenis usaha lain, yakni pembuatan pot atau vas bunga dari semen dan tanah liat.

Saran
            Usaha tanaman hias di Desa Bangun Sari mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan, dalam hal ini, peran pemerintah daerah membuat konsep program dan kebijakan pengembangan produksi dan pasar tanaman hias diharapkan lebih serius kerjasama dengan pelaku usaha agribisnis tanaman hias.


DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultura Hias Indoor Populer. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kaputra, I. 2010. Bunga-bunga Sandaran Hidup. Diakses http://www.agriculturesnetwork.org/magazines    /indonesia/29 [1 januari 2013] [19.00 WIB].
Panglukun, R. dkk. 1999. Menghijaukan Ruangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono, A.S. 1997. Tanaman Hias Ruangan, Mengenal dan Merawat. Kanisius. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar