Minggu, 06 Januari 2013

POTENSI TEH BERKUALITAS DI SIDAMANIK, KABUPATEN SIMALUNGUN


POTENSI TEH BERKUALITAS DI SIDAMANIK, KABUPATEN SIMALUNGUN

  Oleh : Habriando Alexander Manihuruk /101201158
                                               Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

BAB I.
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untuk mendorong terjadinya perkembangan wilayah secara harmonis melalui pendekatan yang bersifat komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, dan budaya. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses iteratif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis.Pada dasarnya pendekatan pengembangan wilayah ini digunakan untuk lebih mengefisiensikan pembangunan dan konsepsi ini terus berkembang disesuaikan dengan tuntutan waktu, teknologi dan kondisi wilayahnya.
Pembangunan yang dititik beratkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Pengembangan wilayah merupakan membangun masyarakat sesuai dengan potensi prioritas yang terdapat di dalam daerah yang bersangkutan. Diprioritaskan secara fisik, ekonomi, dan sosial budaya. Tujuan pembangunan nasional mencakup beberapa aspek yaitu pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja serta kelestarian sumberdaya yang potensial. Salah satu sektor yang diharapkan dapat menunjang tujuan pembangunan ekonomi adalah sektor pertanian. Keberhasilan pembangunan di Indonesia menuntut kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak dan peranan masing-masing sektor.
Di Sumatera Utara terdapat berbagai komoditi hasil-hasil perkebunan, seperti: karet, sawit, kopi nilam, jahe, kemiri, aren, pinang, coklat, kelapa, panili, kemenyan, kulit manis, dan cengkeh yang memberi peluang untuk mendirikan industri pengolahan hasil perkebunan. Luas areal perkebunan adalah 1.629.156 Ha atau 22,73% dari Luas Sumatera Utara, dengan produksi sebesar 12.225.234 ton untuk 23 komoditi diantaranya sawit, karet, kopi, teh, kakao dan kelapa.
Menurut pengusahaannya areal perkebunan dibagi menjadi:
1.         Perkebunan rakyat seluas 815.071 Ha dengan produksi 2.829.280 ton.
2.         Perkebunan Swasta (PBS) seluas 425.551 Ha dengan produksi 4.934.556 ton
3.         PTPN seluas 388.534 Ha dengan produksi 4.461.398 ton
Rata-rata pertambahan luas lahan perkebunan sebesar 0,72% pertahun dan pertumbuhan produksi sebesar 2,74% pertahun.
Sidamanik adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia. Sidamanik memiliki satu akses jalan raya yang membentang membelah dua kecamatan. Jalan raya adalah batas kecamatan dengan daerah Panei Tongah.. Jalan raya Sidamanik yang menuju barat akan melalui desa desa kecil mulai dari Baharen (tanah kelahiran Bapak saya), Sinaman, Kebun Tobasari, Sait Buttu, Manik Saribu hingga tiba di persimpangan jalan alternatif Parapat dan Kabanjahe (tanah Karo). Jarak tempuh Sidamanik dan kota Parapat danau Toba (dahulu adalah tujuan wisata favorit bagi orang bule) hanya 1 jam perjalanan kurang lebih 40 km dengan aspal yang lumayan mulus.
Kebun Teh ini berada di Kecamatan Sidamanik. Kebun teh ini merupakan bagian dari PTPN IV. Perkebunan ini terdiri dari tiga wilayah perkebunan. yaitu pekebunan Bah Butong, Perkebunan Sidamanik, dan Perkebunan Tobasari. Kebun teh ini memiliki hawa yang cukup sejuk. dan biasanya bagi yang hobi photo menjadi tempat yang sangat menarik untuk dapat menyalurkan hobinya. yang khas dari wilayah ini adalah wangi teh yang sangat khas. Sebenarnya simalungun dulu mmemiliki beberapa kebun teh, tetapi adanya perubahan iklim kini hanya tinggal tiga tempat yang disebutkan diatas. Kebun teh ini dapat diakses dengan rute : Pematang Siantar - Simpang dua - Kecamatan Sidamanik. anda tinggal ikutin jalan saya sarankan anda menggunakan Sepeda Motor dan mobil Pribadi untuk menuju Kebun Teh Sidamanik karena anda dapat hunting dengan bebas diseluruh tempat dikebun teh ini.
Sidamanik juga memasarkan hasil komoditinya ke luar negeri. seperti Teh, kakao, dan Kelapa Sawit. Dahulu waktu zaman penjajahan Belanda, Sidamanik adalah daerah perkebunan Teh terbesar di Sumatera. Di kecamatan ini berdiri 4 pabrik teh yang mempekerjakan ribuan karyawan antara lain Pabrik Teh Sidamanik, Bah Butong, Toba Sari, dan Bah Birong Ulu. Sayang setelah zaman reformasi dan privatisasi BUMN, kebun teh ini dimerger dengan kebun Bah Jambi yang memproduksi kelapa Sawit, dan bahkan pemerintah setempat berencana untuk mengganti kebun teh ini menjadi kebun sawit. Karyawannya sekarang banyak yang di PHK, pensiun dini, dan ada yang dipindahkan ke kebun lain di daerah Kerinci Riau. Dahulu kebun Teh banyak menyerap tenaga kerja pemetik Teh, sekarang telah banyak memakai jasa mesin

Permasalahan
Sidamanik juga memasarkan hasil komoditinya ke luar negeri. Seperti Teh, kakao, dan Kelapa Sawit. Dahulu waktu zaman penjajahan Belanda, Sidamanik adalah daerah perkebunan Teh terbesar di Sumatera. Di kecamatan ini berdiri 4 pabrik teh yang mempekerjakan ribuan karyawan antara lain Pabrik Teh Sidamanik, Bah Butong, Toba Sari, dan Bah Birong Ulu. Sayang setelah zaman reformasi dan privatisasi BUMN, kebun teh ini dimerger dengan kebun Bah Jambi yang memproduksi kelapa Sawit, dan bahkan pemerintah setempat berencana untuk mengganti kebun teh ini menjadi kebun sawit, sehingga cuaca akan berpengaruh negatif karena suhu yang pastinya akan meningkat. Karyawannya sekarang banyak yang di PHK, pensiun dini, dan ada yang dipindahkan ke kebun lain di daerah Kerinci Riau. Dahulu kebun Teh banyak menyerap tenaga kerja pemetik Teh, sekarang untuk memetik Teh sudah mempergunakan mesin. Untuk menyemprot pupuk dan pembasmi hama sudah memakai mesin.
Kebun Teh ini berada di Kecamatan Sidamanik. Kebun teh ini merupakan bagian dari PTPN IV. Perkebunan ini terdiri dari tiga wilayah perkebunan. yaitu pekebunan Bah Butong, Perkebunan Sidamanik, dan Perkebunan Tobasari. Kebun teh ini memiliki hawa yang cukup sejuk. dan biasanya bagi yang hobi photo menjadi tempat yang sangat menarik untuk dapat menyalurkan hobinya. yang khas dari wilayah ini adalah wangi teh yang sangat khas. Sebenarnya simalungun dulu memiliki beberapa kebun teh, tetapi adanya perubahan iklim kini hanya tinggal tiga tempat yang disebutkan diatas.
Tujuan
            Tujuan penulisan yang mengangkat permasalahan perkebunan teh di kecamatan Sidamanik kabupaten Simalungun adalah:
1.      Bagi Pemerintah kecamatan sidamanik merupakan sebagai bahan informasi dan  pertimbangan untuk perencanaan pengembangan perkebunan di Kecamatan Sidamanik.
2.   Bagi pembaca merupakan penambahan wawasan dalam bidang ilmu pengembangan wilayah.
3.   Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah.


BAB II.
POTENSI
Provinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus merupakan salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia di sisi lain. Ini terjadi karena potensi sumber daya alam dan karakteristik ekosistem yang memang sangat kondusif bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional.
Potensi ekonomi kabupaten Simalungun sebagian besar terletak pada produksi pertaniannya. Produksi lainnya termasuk tanaman pangan, perkebunan, pertanian lainnya, industri pengolahan serta jasa.
Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya, sayur-mayur dan jeruk malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Luas areal pertanian meliputi lahan sawah irigasi teknis seluas 135.872 ha, sawah non irigasi teknis seluas 141.383 ha, dengan saluran irigasi primer, sekunder dan tersier sepanjang 820.462 meter. Pada 2005, sawah-sawah ini menghasilkan 3.447.784 ton padi, sedangkan di tahun 2006 hanya memproduksi 3.030.784 ton padi.
Bukan hanya padi yang dihasilkan, tetapi juga 1.298.230 ton palawija, hortikultura dan sayur-sayuran. Beberapa jenis tanaman yang dikembangkan antara lain 218.375 ha lahan jagung dengan hasil produksi 739.067 ton; 13.142 ha tanaman kedelai dengan hasil produksi 15.295 ton; 155.436 ha lahan singkong dan umbi-umbian dengan hasil produksi 655.070 ton.
Produksi Teh di Kabupaten Simalungun merupakan produksi terbesar kedua di Sumatera Utara pada tahun 2003 sesudah Kabupaten Deli Serdang.Produksi Kelapa sawit dari perkebunan yang ada di kabupaten ini menjadi komoditas utama, kedua terbesar di Sumatera Utara setelah Kabupaten Labuhanbatu (2001).Selain memproduksi Kelapa Sawit, perkebunan rakyat di Simalungun juga menghasilkan Karet dan Cokelat, selain Teh (Kecamatan Raya dan Sidamanik) yang jumlah produksinya semakin menurun. Penjualan hasil tani Karet dibantu oleh kehadiran PT Good Year Sumatra Plantations (didirikan 1970) yang biarpun memiliki perkebunan sendiri tetapi tetap menampung hasil perkebunan rakyat dan mengolahnya menjadi bahan setengah jadi sebelum menjualnya ke luar daerah.
Pada 2004, luas hutan mangrove mencapai 103.372 ha dengan kondisi 60% baik. Hal ini sangat mempengaruhi perubahan ekosistem pantai dan kehidupan masyarakat nelayan. Kualitas air sungai yang di pantai hasilnya masih berfluktuasi terutama untuk parameter BOD, COD, TSS, Do dan PH. Fluktuasi kualitas air sungai ini terkait dengan ketaatan perusahaan terhadap baku mutu limbah cair dan besarnya beban limbah domestik yang dibuang langsung ke badan air. Sungai ini terkait dengan ketaatan perusahaan terhadap baku mutu limbah cair dan besarnya beban limbah domestik yang dibuang langsung ke badan air. Kualitas udara dengan indicator konsentrasi ambien polutan udara (Sox, Nox, debu, kebisingan) dan jumlah titik api (hotspot). Tahun 2004 jumlah titik api berkurang dari 219 titik api (2003) menjadi 164 titik api. Indikator ini menunjukkan kebakaran hutan masih relatif tinggi dan salah satu sumber polusi udara yang menyebabkan tingginya kadar debu di udara.
Di sektor perkebunan, menunjukkan progress menggembirakan. Pada 2005, misalnya, luas areal perkebunan 1.746.340 ha, lalu bertambah menjadi 1.788.943 ha pada 2006, terdiri atas 1.008.525 ha perkebunan rakyat, 363.106 ha perkebunan pemerintah, dan 365.992 ha perkebunan swasta dengan total hasil produksi 4.199.834 ton. Total produksi perkebunan pada 2006 mencapai 1.788.943 ton, meningkat dibandingkan total produksi 2005 sebesar 4.048.411 ton.
Komoditas unggulan sektor perkebunan antara lain karet. Dengan luas areal 479.174 ha, berhasil diproduksi 367.113 ton karet setiap tahunnya. Perkebunan sawit juga cukup luas, mencakup areal 908.080 ha dengan hasil produksi 13.830 ton. Luas perkebunan kelapa 125.969 ha dengan hasil produksi 99.529 ton. Perkebunan kopi mencapai 78.119 ha dengan hasil produksi 55.597 ton, sementara perkebunan kakao terhampar seluas 3.259 ha dengan hasil produksi 59.229 ton.
Meski potensi perikanan laut di pantai timur atau Selat Malaka hanya 239 ribu ton per tahun, Sumatera Utara memiliki potensi perikanan yang sangat besar di Pantai Barat atau Samudera Hindia yang mencapai 917.000 ton per tahun. Kendati demikian, produksi ikan secara keseluruhan masih relative kecil dibanding potensi yang ada, yakni 10,53% per tahun. Produksi perikanan tidak hanya dari laut, tapi juga dari produksi perairan rawa, danau dan sungai yang mencapai 11.669,90 ton dengan hasil produksi perikanan laut yang mencapai 330.579,60 ton, dengan jumlah kapal 22.457 unit. Untuk hasil perikanan budidaya dan perikanan tangkap untuk tahun 2006 sebesar 388.559 ton.
Di bidang kehutanan, Sumatera Utara juga menyediakan sumber daya alam yang melimpah. Pada 2005, total luas wilayah hutan mencapai 2.386.960 ha, terdiri atas 1.297.330 ha hutan lindung dan 1.035.690 ha hutan produksi terbatas. Dari seluruh potensi kehutanan yang ada, hutan yang dapat dikonversi mencapai 879.270 ha dan hutan bakau seluas 477.070 ha. Produksi kehutanan di luar kawasan Hak Pengelolaan Hutan (HPH) sebanyak 112.459,79 meter kubik kayu bulat, 34.082,12 meter kubik kayu gergajian dan 187.128,74 meter kubi kayu olahan. Sedangkan hasil hutan ikutannya terdiri atas 600 ton rotan dan 654,37 meter kubik Gondorukem.
BAB III.
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH
Teh merupakan salah satu hasil perkebunana di Sidamanik. Budidaya komoditi ini telah dilakukan sejak lama dan tanaman teh ini tumbuh subur di Sidamanik karena didukung oleh agroklimat dataran tinggi yang memang cocok untuk perkebunana tanaman teh.
 Wisata Agro merupakan perpindahan sementara manusia dari daerah asal ke daerah tujuan; terjadinya pergerakan tersebut karena ada daya tarik berupa keindahansuasana alam atau obyek wisata pertanian di daerah tersebut. Keindahan hamparan tanaman teh beserta aktivitas didalamnya merupakan salah satu alasan kawasan Kebun Teh Sidamanik dikembangkan sebagai kawasan Wisata Agro. Seiring dengan pengembangan fungsi kebun sebagai kawasan wisata maka pengelola dituntut untuk bisa memuaskan pengunjung yang datang selain optimalisasi produksi tanaman teh. Tujuan bisnis wisata adalah menciptakan dan mempertahankan pengunjung/pelanggan yang mendatangkan laba/keuntungan dimana kepuasan pelanggan merupakan tujuan sentral pemasaran kawasan wisata.
 Perencanaan lingkungan fisik kawasan wisata akan dapat memberikan kepuasan kepada pengunjung bila didasarkan pada perilaku berlingkungan (behaviour) manusia dengan menggunakan hirarki kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan tingkat kebutuhan wisatawan, fenomena yang terjadi meliputi :
1.      Kebutuhan pokok (basic need): makan, minum, istirahat dan tempat berlindung
2.      Kebutuhan sekunder: pemenuhan rasa harga diri, berupa pengakuan dan kepercayaan                         orang lain Keinginan sosial, seperti keinginan bersama dengan orang lain
3.      Bermain dan bersantai: timbul keingintahuan, pengalaman baru, dorongan untukrekreasi, kenyamanan dan estetis
4.      Kesehatan mental dan fisik
Selanjutnya berdasarkan motivasi, terdapat beberapa alasan wisatawan untuk mengunjungi suatu obyek wisata diantaranya (a) untuk mencari originalitas dan menyatu dengan masyarakat sekitar (b) untuk mencari keindahan, dan (c) untuk melepaskan kejenuhan dan mencari atau mengenal dan mempelajari sesuatu yang belum pernah diketahui Kawasan Wisata Agro Sidamanik dapat dikembangkan untuk berbagai kegiatan, baik yang terkait dengan produksi minuman teh, perlindungan dan konservasi kawasan, maupun untuk kenyamanan kegiatan rekreasi dan wisata. Pengembangan usaha wisata agro ini diharapkan akan lebih meningkatkan pendapatan dan keuntungan, disamping usaha pokok produksi teh yang ada serta tetap menjaga dan melestarikan lingkungan Kebun Teh Sidamanik.

BAB IV.
KENDALA DAN TANTANGAN
Kendala
           Kendala Pengelolaan perkebunan Teh di Sidamanik adalah kurangnya pemberdayaan terhadap Kebun Teh Tersebut, dan adanya isu akan digantinya perkebunan teh ini menjadi perkebunan sawit yang otomatis akan menyebabkan banyak pengaruh negatif seperti PHK besar-besaran, iklim yang akan memburuk dan pemandangan yang tidak asri lagi.  Perkebunan Teh  perlu mendapatkan perhatian Pemkab Simalungun dalam hal pembangunan fasilitas seperti sarana jalan dan mini market. Dan agar pihak pengelola Kebun Teh yang menjadi kebanggaan masyarakat Sidamanik,membuat tempat pariwisata dan kebersihan kebun teh tetap terjaga. Permasalahannya juga agar pemerintah dan masyarakat sekitar memperhatikan kebun teh agar tetap berproduksi dan tidak terbuang, karena begitu banyak teh yang tebuang di Sidamanik dan belum dikelola dengan baik. Agar perkebunan tetap di jaga kebersihannya agar dapat di buat menjadi tempat pariwisata.
Tantangan
Pengembangan suatu kawasan wisata tidak lepas dari peran serta masyarakat sekitarnya. Masyarakat sekitar Kebun Teh di Sidamanik sebagian besar berprofesi sebagai petani, peternak dan buruh, baik dari usaha pertanian masyarakat sendiri, maupun pertanian yang berhubungan dengan Kebun Teh Sidamanik. Selain sektor pertanian juga terdapat kegiatan penambangan batu gunung untuk suplai kegiatan properti di wilayah Siantar dan sekitarnya. Pengenalan potensi wilayah baik alam maupun masyarakatnya akan dapat memberikan hasil maksimal untuk menerapkan konsep pengembangan. Bentuk bangunan dengan konsep alam pertanian (perkebunan) akan dapat memberikan image keindahan alam dalam benak pengunjung ditunjang dengan aktivitas masyarakat sekitar di sektor pertanian dengan produk- produk pertanian disepanjang jalan menuju wisata agro.

BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Sidamanik adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia. Sidamanik memiliki satu akses jalan raya yang membentang membelah dua kecamatan. Jalan raya adalah batas kecamatan dengan daerah Panei Tongah. Tak heran bila masyarakat di Pangkalan Buntu sebelah timur Sidamanik saling berhadapan rumah tetapi beda kecamatan. Jalan raya Sidamanik yang menuju barat akan melalui desa desa kecil mulai dari Baharen (tanah kelahiran Bapak saya), Sinaman, Kebun Tobasari, Sait Buttu, Manik Saribu hingga tiba di persimpangan jalan alternatif Parapat dan Kabanjahe (tanah Karo). Jarak tempuh Sidamanik dan kota Parapat danau Toba (dahulu adalah tujuan wisata favorit bagi orang bule) hanya 1 jam perjalanan kurang lebih 40 km dengan aspal yang lumayan mulus. Kini mereka tersebar di berbagai penjuru Nusantara bahkan dunia. Walaupun demikian,  identitas sebagai orang Sidamanik masih melekat di hati terdalam tiap-tiap orang. Di sisi lain, seiring dengan perkembangan jaman, Sidamanik juga telah berubah. Yang paling nyata, kini wilayah tersebut telah dipecah menjadi dua kecamatan, yaitu Sidamanik dan Pematang Sidamanik.Karena itulah, beberapa par Sidamanik yang kini tinggal di Jakarta dan sekitarnya memiliki keinginan untuk mengeratkan hubungan sesama par Sidamanik di perantauan yang sedikit banyak diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan Sidamanik (marsipature hutana be).



Saran
              Pemerintah kabupaten Simalungun dan pihak pengelola perkebunan teh di Sidamanik perlu untuk mengembangkan perkebunan teh  dengan lebih baik lagi, harus mampu memberikan solusi untuk perencanaan bagaimana perkenbunan dapat dikelola dengan baik. Masyarakat harus diberdayakan, fasilitas, infrastruktur harus dibangun dengan sebagus mungkin, akses jalan menuju wisata iman harus lebih baik lagi, dan pemerintah daerah harus segera turun tangan melihat keadaan tersebut karena struktur perekonomian lapangan usaha angkutan dan komunikasi memberikan sumbangan yang mampu mengembangkan pendapatan daerah sekaligus kesejahteraan masyarakat Kabupaten Simalungun kecamatan Sidamanik. Selain itu juga pemerintah Kabupaten Simalungun perlu menetapkan kebijakan pembangunan dengan prioritas sektor unggulan/sektor basis tanpa harus mengabaikan sektor non basis. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di Sidamanik.
    
DAFTAR PUSTAKA

Abigael, O. 2011. Analisis Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Simalungun. Diakses dari : http://www.scribd.com/doc/101319629/34/Analisis-Sektor-Pertanian#. [06  Januari 2013] [09.00 WIB].Pemkab Asahan. 2009. Profil Wilayah Kabupaten Asahan. Asahan
Dillon,  H.S.2004. Pertanian Membangun Bangsa. Dalam : Aziza, A.N. Analisis Prioritas Pengembangan Wilayah Berdasarkan Potensi Pertanian Padi. 2008. IPB Press. Bogor.
Indrawidyastuti.2011.Perubahan Iklim Tantangan Bagi Petani. . Diakses dari:        http://www.waspada.co.id
Uchi. 2010. Pengembangan Wilayah. Diakses dari: http://www.pengembangan-wilayah.blogspot.com  /Diakses pada:[3 Januari 2013][17.03 WIB]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar