Minggu, 06 Januari 2013

PENGEMBANGAN POTENSI KOTA MEDAN DALAM BIDANG KULINER “BIKA AMBON”


NAMA : Arief Budiman P.H.
NIM     : 101201180
KELAS : HUT 5-D

BAB I
Judul : PENGEMBANGAN POTENSI KOTA MEDAN DALAM BIDANG KULINER “BIKA AMBON”
BAB II
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Namanya memang ‘Pisang Ambon’ (Musa Paradisiaca L), di wilayah di luar kota Ambon, tapi di Ambon namanya malah ‘Pisang Meja’. Kalau sejumlah orang ditanya tentang itu, tidak sangat jelas apa sebab musabab dan dari siapa nama itu jadi populer. Sejarahnya juga sudah bercampur mitos.
Menurut penjelasan M Muhar Omtatok, seorang seorang budayawan dan sejarahwan, Kue Bika Ambon terilhami dari Kue khas Melayu yaitu Bika atau Bingka. Selanjutnya dimodifikasi dengan bahan pengembang berupa Nira/Tuak Enau hingga berongga & berbeda dari kue Bika atau Bingka khas Melayu itu. Selanjutnya M Muhar Omtatok menyebutkan bahwa kue ini disebut Bika Ambon karena pertama sekali dijual & popular di simpang Jl Ambon – Sei Kera Medan.
Bika ambon dikenal sebagai oleh-oleh khas Kota Medan, Sumatera Utara. Di Medan, Jalan Mojopahit di daerah Medan Petisah terdapat sedikitnya 30 toko yang menjual kue ini. Setiap toko di lokasi ini bisa menjual lebih dari 1.000 bungkus bika ambon per hari apabila menjelang hari raya. Diperkirakan, sebutan bika ambon muncul dari kebiasaan masyarakat yang dahulu baru mengenal bika yang diproduksi di jalan ambon, Medan. Penyebutan bika ambon akhirnya menjadi tradisi seiring dengan berkembangnya industri makanan ini
Bika ambon adalah sejenis panganan asal Indonesia. Terbuat dari bahan-bahan seperti telur, gula, dan santan, bika ambon umumnya dijual dengan rasa pandan, meskipun kini juga tersedia rasa-rasa lainnya seperti durian, keju, dan cokelat. Bika ambon biasanya dapat bertahan dalam kondisi terbaik selama sekitar empat hari karena setelah itu kue tersebut mulai mengeras.
2.      Permasalahan
Bika ambon yang ada di Medan mulai tergusur oleh banyaknya toko roti yang makin menjamur.Salah satunya adalah panganan bolu.Bolu mulai menggantikan bika ambon sebagai oleh oleh khas Medan.Ini dikarenakan bika ambon ada yang tidak bersertifikasi halal dan beberapa alasan lain..
BAB III
Potensi Wilayah Dari Kota Medan
Potensi Kuliner
Apa yang pertama kali hinggap di pikiran lawan bicara kita ketika mendengar kata Medan? Boleh jadi cerita tentang keindahan Danau Toba (padahal tidak terletak di Kota Medan), ramainya lalu lintas sehari-hari, karakter masyarakatnya yang dicap kasar ataupun kalau untuk oleh-oleh hanya bika ambon. Pertanyaan pun lantas muncul. Apakah memang demikian citra diri yang terbentuk selama 421 tahun lebih usia Kota Medan? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita mengenal lebih jauh Medan lewat ensiklopedia kulinernya.
Jikalau suatu ketika kita iseng menggunakan jasa pencarian laman id.wikipedia.org dan memasukkan kata kunci ‘makanan khas Sumatera Utara’, bersiaplah untuk takjub melihat kekayaan kuliner yang dimiliki Sumatera Utara. Tidak kurang dari 30 jenis makanan khas tertulis di laman tersebut. Selain bika ambon, terdapat arsik, angsle, cimpa, cipera, dalini horbo, kidu-kidu, lappet, lemang, lomok-lomok, nanidugu, naniura, ombus-ombus, pangsit, popia, saksang, tanggo-tanggo, terites, tipa-tipa, tok-tok, tuak, uyen, dan lainnya.

Itu baru yang berhasil terdata. Namun, jumlah itu pasti belum mencerminkan semuanya.
Masih di laman yang sama pula, jumlah makanan khas yang dimiliki Sumatera Utara (Sumut) termasuk sangat banyak, jauh menggungguli perolehan beberapa daerah di Indonesia. Terlepas pula dari subjektivitas penulis, dari segi kelezatan, daftar nama makanan khas yang disebutkan diatas juga boleh diadu.
Ditilik dari sejarahnya, Kota Medan memang memiliki heterogenitas etnis yang besar. Walau begitu, untuk masalah selera makanan, identitas kesukuan masih terasa sangat menonjol. Hal ini tidak malah menjadi bumerang bagi masyarakat Medan. Malah sebaliknya, orisinalitas tradisi kuliner yang dibawa oleh nenek moyang tetap terpelihara dengan baik. Artinya, tidak ada pemaksaan pencampuran bumbu atau tambahan bahan lainnya agar makanan itu sesuai dengan selera.Termasuk soal rasa bika ambon yang hingga saat ini cita rasanya masih terjaga.
Melihat potensi diatas, pilihan untuk fokus pada wisata kuliner bika ambon dan menjadikannya sebagai salah satu kekuatan utama pariwisata Kota Medan bukannya tidak beralasan. Pertama, belum ada kota di Indonesia yang berani secara terang-terangan mempatenkan kue bika ambon sebagai “raja kuliner” di kotanya. Kedua, tantangan yang lebih besar (terutama urusan dana) akan diperlukan bila hanya mengandalkan wisata alam dan sejarah. Terakhir, wisata kuliner bika ambon dapat hadir sebagai referensi panganan utanma kepada para pengunjung untuk menyambut Visit Medan Year 2013.
BAB IV
KENDALA
            Belum semuanya bika ambon yang berasal dari kota Medan yang sudah mendapat sertifikasi halal sehingga tidak semua pengunjung mau mengkonsumsinya.Sehingga panganan jenis lain mulai menyainginya.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
            Bika ambon sekarang belum semua tersertifikasi halal dan masih ada yang mengandung kandungan alkohol.Ini membuat banyak konsumen berpaling ke panganan bolu.Padahal bika ambon sangat berpotensi dijadikan maskot kuliner kota Medan.  
Saran
            MUI bekerja sama dengan BPOM segera mengkaji bika ambon yang ada di kota Medan agar segera mendapat sertifikat halal.Ataupun dapat mengganti bahan baku bika ambon agar tidak tercampur alkohol sehingga semua konsumen layak mengkonsumsinya.
            Selain itu agar semakin memperkenalkan ke dunia luar sebaiknya setiap ada acara besar oleh pemerintahan ada baiknya menyajikan panganan bika ambon.Terlebih pada pilgubsu tahun ini merupakan promo yang baik agar seluruh Indonesia tahu bika ambon.Caranya dengan menyajikan bika ambon di setiap tiap kampanye.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar