Minggu, 06 Januari 2013

ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH BERASTAGI DI BIDANG PARIWISATA


HELMUD PUTRA ANAS HUTASOIT
NIM  : 101201164
KELAS   :     HUT 5D


 =======================================================

ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH BERASTAGI DI BIDANG PARIWISATA

  


BAB I
PENDAHULUAN



Latar Belakang

Indonesia terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia serta dua samudera yaitu samudera Hindia dan Pasifik. Negara ini mempunyai begitu banyak pulau, baik besar maupun kecil memiliki berbagai macam keindahan baik darat maupun laut yang sangat menarik untuk dinikmati. Indonesia yang kaya akan sumber daya alam juga memiliki keanekaragaman kesenian dan budaya di setiap daerah membuat suatu daerah mempunyai suatu ciri khas yang dapat dipamerkan ke daerah-daerah lain bahkan ke mancanegara. Ciri khas yang dimiliki suatu daerah tersebut dijadikan sebagai tempat wisata yang menarik.  Pariwisata dapat didefinisikan sebagai suatu perjalanan dari satu tempat menuju tempat lain yang bersifat sementara, yang biasanya dilakukan orang-orang yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja terus dan memanfaatkan waktu libur dengan menghabiskan waktu bersama keluarga untuk berekreasi. Alasan seseorang berwisata diantaranya dikarenakan adanya dorongan keagamaan seperti berekreasi ke tempat-tempat suci agama untuk mendalami ilmu tentang agama dan ada juga yang bertujuan untuk berolahraga atau sekedar menonton pertandingan olahraga (Spillane,1987).
Gambar. Brastagi
             Berastagi adalah tujuan wisata utama di Tanah Karo yang terletak di ketinggian sekitar 4.594 kaki dari permukaan laut dan dikelilingi barisan gunung-gunung, memiliki udara yang sejuk dari hamparan perladangan pertaniannya yang indah, luas, hijau.
Brastagi merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki fasilitas lengkap di Tanah Karo, seperti hotel berbintang, restoran, golf dan lain-lain sampai kepada hotel yang tarifnya relatif dapat terjangkau. Brastagi juga dikenal dengan julukan kota “Markisa & Jeruk Manis”.
Dari kota “Markisa & Jeruk Manis” Brastagi, para pengunjung akan menikmati pemandangan yang indah ke arah pegunungan yang masih aktif, yaitu gunung Sibayak dan gunung Sinabung.Untuk mendaki gunung Sibayak diperlukan waktu lebih kurang 3 jam perjalanan dan kita bisa menikmati pemandangan yang indah di pegunungan tersebut atau perlu waktu 3 sampai 4 jam perjalanan di hutan untuk melihat kekayaan alam di dalamnya baik flora maupun fauna di sekitar hutan tersebut.
Selain buah-buahan, Brastagi juga terkenal sebagai penghasil berbagai jenis sayur-sayuran, buah-buahan dan bunga-bunga. Di kota Brastagi dilaksanakan beberapa peristiwa pariwisata antara lain “Pesta Bunga & Buah” dan festival kebudayaan “Pesta Mejuah-juah” yang diadakan setiap tahun. Tanah Karo juga memiliki tradisi yang telah turun temurun dilakukan yaitu “Kerja Tahun” yang diselenggarakan setiap tahun oleh orang-orang Karo yang tinggal di daerah tersebut ataupun yang sudah merantau datang kembali ke perkampungan yang memiliki hubungan keluarga untuk saling berkunjung dan bersilaturahmi.

Tujuan

            Untuk mengetahui Pola dan Struktur pertumbuhan ekonomi sektor-sektor unggulan dan potensial yang layak dikembangkan sebagai penggerak perekonomian di wilayah Brastagi kabupaten Karo.

Masalah

1.      Lemah/ tidak efektifnya promosi.
2.       Belum memadainya sarana dan prasarana pendukung yang ada.
3.       Kualitas sumberdaya manusia yang belum memadai.           


BAB II
POTENSI



Suasana alam yang hijau dari pantulan dedaunan lereng gunung Rangkap Sibayak (lebih dikenal gunung Sibayak), menjadikan kota Brastagi sejuk dan dibanjiri wisatawan. Barisan bukitnya berikut hamparan ladang pertanian, selalu siap menyejukan mata pengunjungnya. Brastagi yang kaya hasil agroindustrinya, menjadi pilihan tepat lokasi wisata andalan pendukung Danau Toba dan Pulau Samosir yang selama ini menjadi trade mark Sumatera Utara. Brastagi sendiri berada di lereng gunung Sibayak sebelah selatan, secara administratif berada di wilayah Kabupaten Tanah Karo dengan ibu kotanya Kaban Jahe.

                Gambar 1. Jalan diLereng Bukit menuju ke Brastagi
Posisi Brastagi sangat strategis menjadi tempat singgah, selain karena sejumlah tempat wisata mudah diakses, sarana perhotelan pun cukup lengkap disini. Hotel-hotel banyak dijumpai dengan harga bervariasi, dengan menawarkan desain yang rata-rata khas penduduk setempat. Namun pengunjung pun tetap diberikan pilihan untuk memilih hotel dan villa yang secara historis merupakan warisan masa penjajah.
Jarak Bratagi untuk menuju Gunung Sibayak hanya 7 Km, posisi itulah juga membuat para pendaki memilih Kota Markisa ini, sebagai alternatif terdekat untuk mencapai puncak gunung yang berada di ketinggian 2.094 meter dpl itu. Dengan infrastruktur yang tersedia kendaraan tetap bisa digeber hingga mendekati puncak gunung yang dikenal keindahan alamnya itu. Di atas puncak gunung Sibayak, dapat disaksikan danau kawah yang memiliki luas 200 x 200 meter, yang dilengkapi solfatara penghasil belerang yang bersuhu hingga 119,6 derajat celsius dengan suhu udara disekitarnya 21 derajat celsius. Selain puncak gunung Sibayak, kita bisa melihat puncak gunung Sinabung yang memiliki ketinggian 2.451 meter dpl, arah sebelah barat.
Tak hanya itu, tak jauh dari Brastagi, ke arah puncak Sibayak juga dapat dijumpai lokasi Wisata Sumber Air Panas Lau Debuk-Debuk, Berada di wilayah desa Daulu dan Semangat Gunung, sumber air hangat ini, mengalir dengan temperatur air 35 derajat celsius muncul melalui retakan aliran lava pada lereng gunung api yang kemudian ditampung dalam kolam pemandian. Para pendaki biasanya memanfaatkan kolam air panas ini untuk melepaskan kepenatannya selama perjalanan.

Gambar 2. Kolam Air Panas Lau Debuk-debuk
Sementara pada hulu mata air panas yang mempunyai temperatur hingga diatas 150 0C itu, dapat disaksikan pula lokasi pembangkit tenaga listrik. Para pengunjung dapat menyaksikan proses alam pembangitan energi listrik dari uap panas bumi ini yang konon memberikan energi yang bebas polusi pada atmosfir ataupun pada air, bahkan dianggap tidak mengakibatkan dampak radioaktif.
Brastagi, juga memiliki tempat wisata perbukitan, yang dikenal dengan wisata Bukit Gundaling yang berjarak hanya 3 Km. Untuk mencapai bukit tersebut dapat dilakukan dengan berjalan kaki atau menggunakan sado, yaitu sebuah kendaraan khas yang ditarik seekor kuda. Bukit ini menawarkan keindahan tamannya yang cocok untuk bersantai sealigus berolahraga. Dari puncak bukit ini kita bsia menikmati panorama gunungapi Sibayak dan gunungapi Sinabung dengan aktifitas vulkaniknya yang mengagumkan.

                Gambar 3. Wisata Bukit Gundaling
Sementara itu Objek Wisata Tongging juga menawarkan keindahan di Brastagi, berada di sebelah selatan lebih kurang 35 km dari Brastagi terletak persis dipinggiran danau Toba. Dari lokasi ini sangat bebas dan indah memandang hamparan air danau Toba yang biru dikelilingi untaian bukit dan gunung hingga mengitari pulau Samosir. Panorama yang khas ini diperindah lagi dengan puncak gunung sipiso-piso dan air terjun Tongging di sebelah kiri dan kanannya, memperlihatkan panorama yang menakjubkan.

Gambar 4. Objek Wisata Tongging
Kampung Lingga, tidak hanya wisata alam yang ditawarkan Brastagi, namun juga wisata budaya yang kaya akan seni tradisi juga menjadi andalan kota ini. Berjarak sekitar 16 km ke arah selatan dari Brastagi, tepatnya di kampung Lingga, ditawarkan wisata budaya kampung Karo, yaitu sebuah daerah yang merupakan tempat warisan etnis Batak Karo yang masih memegang adat secara teguh. Di kampung ini, dapat dinikmati tarian tradisional Batak Karo dan rumah-rumah tradisional Batak Karo, yang diperkirakan berusia 250 tahun, berikut ciri dan bentuknya yang khusus. Bangunan tradisional, seperti rumah adat, jambur atau tempat musyawarah, geriten yaitu tempat penyimpanan kerangka mayat, lesung, dapat disaksikan disini berikut culturnya adat-istiadat yang masih dipegang secara utuh, semuanya melengkapi Brastagi menjadi lebih utuh, sekaligus sebagai wisata budaya.

Gambar 5. Wisata Alam Kampung Lingga




BAB III

ANALISIS



Dapat dikatakan bahwa industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara karena melalui pembangunan industri tersebut dapat diharapkan akan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi dan pada gilirannya nanti dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Jadi jelasnya pembangunan industri akan dapat menciptakan kesempatan kerja, yang sekaligus dapat menampung angkatan kerja yang terus- menerus meningkat setiap tahunnya.
            Dalam perencanaan penyerapan tenaga kerja, dengan melalui penambahan modal dalam setiap aktifitas pembangunan akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan penyediaan lapangan kerja yang cukup besar. Penyediaan lapangan kerja tersebut dapat dilakukan dengan menghasilkan barang dan jasa dimana kegiatan tersebut memerlukan faktor- faktor produksi sehingga dengan adanya proses produksi dapat menciptakan lapangan kerja (Suroto, 1980).
            Secara umum ada beberapa keuntungan yang diharapkan dapat diperoleh dalam pengembangan sektor pariwisata antara lain sebagai berikut: peningkatan pertumbuhan urbanisasi sebagai akibat adanya pembangunan prasarana dan sarana kepariwisataan dalam suatu wilayah atau daerah tujuan, kegiatan beberapa industri yang berhubungan dengan pelayanan wisatawan seperti perusahaan angkutan, akomodasi, perhotelan, restoran, kesenian daerah, perusahaan meubel dan lain- lain, meningkatkan produk hasil kebudayaan disebabkan meningkatnya konsumsi oleh para wisatawan, menyebabkan pemerataan pendapatan, meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha, salah satu usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan penghasilan devisa negara, memperluas pasaran barang- barang yang dihasilkan dalam negeri, pariwisata dapat memulihkan kesehatan baik jasmani maupun rohani serta dapat menghilangkan prasangka dan kepicikan, membantu terciptanya saling pengertian antara penduduk yang datang dengan penduduk negara yang dikunjunginya.
Menurut R.S Darmajadi (Pengantar Pariwisata, 2002) menyatakan bahwa: Industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama mengahasilkan produk – produk maupun jasa pelayanan atau service yang nantinya baik langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan wisatawan nantinya.
Pengertian industri pariwisata akan lebih jelas bila kita mempelajari dari jasa atau produk yang dihasilkan atau pelayanan yang diharapkan wisatawan ketika melakukan perjalanan. Dengan demikian akan terlihat tahap – tahap wisatawan sebagai konsumen yang memerlukan pelayanan tertentu.
            Pengertian pariwisata menurut Youti (1985) menyataan bahwa: “Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat yang lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata- mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam”
Selanjutnya pengertian pariwisata dikemukakan oleh Pendit (1965) menyatakan bahwa: “Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bergeraknya manusia dan benda yang membawa dinamika dalam kehidupan”
            Manusia bukan saja merupakan faktor produksi (economic resources) tetapi juga merupakan sasaran (objectives) dalam pembangunan nasional. Pemanfaatan SDM secara efektif untuk mengelola kekuatan ekonomi potensial (SDA) dengan bantuan peralatan modal (dana). Teknologi merupakan sasaran strategis dalam sub sistem ekonomi yang harus dibina dan dikembangkan.
            Analisis ekonomi Harros dan Domar mengatakan bahwa, apabila penduduk bertambah maka pendapatan per kapita akan berkurang, kecuali bila pendapatan rill bertambah. Selanjutnya bila angkatan kerja bertambah, maka output juga harus bertambah untuk mempertahankan kesempatan kerja penuh dan bila ada investasi maka pendapatan rill juga harus bertambah untuk mencegah adanya kapasitas menganggur (Irawan W. Suparmoko).
            Sasaran pembangunan dewasa ini adalah meningkatkan pembangunan industri yang relative padat karya dalam rangka penanggulangan masalah ketenagakerjaan. Akhir- akhir ini pertambahan angkatan kerja yang berlangsung jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuan menyerap tenaga kerja, ini dikarenakan semakin berkembangnya sistem padat modal (Priyono Tjiptoheriyanto, 1982).
            Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor perekonomian. Sektor yang mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun dalam kontribusinya dalam pendapatan nasional (Payaman Simanjuntak, 1985). Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor perekonomian.
            Pariwisata menjadi sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sektor andalan, karena sebagai sebuah industri, pariwisata banyak membawa efek (multiplier effect) dalam pembangunan di berbagai sektor serta diyakini sebagai sebuah industri masa depan yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat ke arah yang lebih baik. Di banyak negara, kepariwisataan merupakan sektor penting sebagai katalisator perkembangan perekonomian, sebab industri pariwisata dipercaya dapat meningkatkan devisa negara (foreign exchanges) dan sekaligus dapat menyedot kesempatan kerja bagi masyarakat setempat (Yoeti, 1997).



BAB IV
PELUANG DAN TANTANGAN


Beberapa hal yang dapat menjadi peluang bagi pengembangan pariwisata saat ini, antara lain adalah:
 Pertama, turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar, dapat memicu meningkatnya jumlah wisatawan  (Kedaulatan Rakyat, 6 Agustus 1998:5). Pernyataan ini  dapat dibenarkan karena dengan turunnya nilai mata uang rupiah memungkinkan biaya-biaya yang dikeluarkan wisman jauh lebih rendah dibanding sebelumnya. Dengan demikian hal ini merupakan peluang yang akan dimanfaatkan oleh wisman maupun penyelenggara pariwisata untuk mengembangkan pariwisata dengan lebih mudah.
Kedua, adanya kecenderungan pihak wisawan asing dewasa ini untuk berwisata dalam dimensi tradisonal, seperti mengunjungi desa-desa yang memiliki keunikan baik untuk sekedar mengunjungi maupun untuk wisata ilmiah (Suara Pembaruan, 30 Januari 1999). Kecenderungan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Indonesia yang masih memiliki banyak desa tradisonal serta berbagai obyek penelitian. Peluang ini selain kurang membutuhkan modal yang besar, wisata ilmiah juga dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi Indonesia.  
Ketiga, jumlah penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih dari 200 juta, juga merupakan peluang pasar yang baik selain para wisatawan asing. Hal ini didukung oleh data dari hasil Sensus Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS menunjukkan adanya peningkatan wisatawan dalam negeri dari 1991 hingga 1994 sebesar 22,8%, pada tahun 1991 sebanyak 64,5 juta orang pada tahun 1994 menjadi 83,9 juta orang (Kedaulatan Rakyat, 21 Agust. 1998:5)
Keempat, data yang diperoleh dari BPS (1999) menunjukan bahwa jumlah angkatan kerja di Indonesia pada tahun 1999 adalah 94.847.178 orang, jumlah yang bekerja: 88.816.859 orang dan yang tidak bekerja: 6.030.319 orang. Angkatan kerja yang belum bekerja ini  diharapkan dapat terserap dalam sektor pariwisata.
Kelima, adanya kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), transportasi, komunikasi dan informasi yang terus meningkat dapat membuka peluang bagi pengembangan pariwisata. Walaupun mungkin kondisi Iptek, transportasi, dan lain-lain tersebut, saat ini belum memadai tetapi kecenderungan kemajuan telah memberikan kemungkinan bahwa di waktu yang akan datang, akan lebih baik. Dengan kemajuan komunikasi, transportasi dan informasi serta semakin maraknya pembangunan lembaga-lembaga pendidikan pariwisata di seluruh Inodensia, diharapkan dapat mempersiapkan SDM yang lebih baik serta membuka peluang yang luas untuk bekerjasama dengan berbagai pihak di dalam dan di luar negeri, terutama antara antara DTW dengan negara-negara yang potensial.
Walaupun telah terbuka peluang-peluang sebagaimana dikemukakan di atas, pengembangan pariwisata pada saat ini maupun yang akan datang akan diperhadapkan pada tantangan-tantangan, sebagai berikut :
Pertama, adanya berita-berita tantang kerusuhan, kebakaran hutan, dan kondisi lain yang kurang baik di Indonesia cukup menjadi komoditas yang laku dijual oleh negara-negara yang kurang senang dengan Indonesia. Contoh kasus berita tentang kebakaran hutan di Kalimantan dan kerusuhan tanggal 13-14 Mei 1998, diberitakan setiap saat oleh siaran Amerika dan Eropa sehingga cukup pengaruh bagi pasar wisata, bahkan  pada waktu itu, beberapa negara potensial melarang warganya berkunjung ke Indonesia (Kedaulatan Rakyat, 6 Agustus 1998:5). Hal ini merupakan tantangan bagi Indonesia untuk segera menciptakan keamanan. Keamanan merupakan hal yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Karena itu diharapkan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dengan seluruh komponen bangsa dalam menciptakan keamanan. 
Kedua, sistem informasi yang kurang memadahi juga tantangan yang perlu mendapat perhatian serius dalam pengelolaan pariwisata. Hal ini menjadi penting agar pengalaman masa lalu tidak terulang. Akibat sistem informasi yang kurang memadahi pandangan dunia terhadap Indonesia menjadi miring, celakanya lagi ketika Jakarta atau daerah-daerah tertentu rusuh, dunia menganggap bahwa seluruh Indonesia rusuh sehingga mengeluarkan larangan berkunjung ke Indonesia. Padahal DTW bukan hanya ada satu di Indonesia, dan belum tentu semua DTW mengalami kerusuhan secara serentak. Untuk itu maka diperlukan suatu sistem informasi yang profesional, mantap visinya serta terampil dan cekatan dalam gerak langkahnya. Sistem informasi ini antara lain bertugas untuk memberikan klarifikasi, sekaligus secara proaktif menyiapkan dan memberikan informasi tentang obyek wisata, kesiapan sarana, prasarana dan lain-lain. Selain itu, juga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia ke negara-negara lain.
Ketiga, masalah SDM merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan pariwisata, karena SDM sangat menentukan segala sesuatu yang perhubungan dengan pariwisata. Pariwisata sangat mementingkan profesionalisme baik dalam pengelolaan investasi maupun dalam bidang perhotelan, transportasi, komunikasi dan informasi. Selain itu, walaupun pariwisata telah membuka peluang pasar bagi sektor-sektor lain, akibat dari rendahnya SDM peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. SDM yang rendah dapat menyebabkan mutu barang-barang kerajinan menurun, teknik pemasaran kurang tepat, kurang tepat membaca trend pasar, dan lain-lain.
Keempat, akibat rendahnya SDM dan kurangnya modal dalam negeri akan membuka kemungkinan bahwa pariwisata akan dikuasai oleh pihak asing yang memiliki SDM yang lebih baik dan lebih siap dari segi modal. Untuk itu dibutuhkan upaya-upaya khusus untuk menghindari hal tersebut. 
Kelima, belum meratanya arus penerimaan wisatawan, di mana ada DTW tertentu sangat ramai dikunjungi wisatawan sementara  itu DTW yang lain sangat sepi. Peristiwa ini mengindikasikan bahwa selain kurang menarik, dapat terjadi karena belum diketahui oleh wisatawan. Tantangan ini perlu dihadapi antara lain dengan meningkatkan promosi dan melakukan upaya-upaya tertentu agar DTW yang kurang menarik menjadi DTW yang senangi oleh para wisatawan.
Keenam, adanya kemungkinan pariwisata dapat merusak budaya, seperti pergeseran nilai upacara adat yang dapat mengarah kepada komersialisasi, timbulnya industri seks, dan sebagainya. Hal ini harus diwaspadai dengan agar keutuhan dan nilai-nilai budaya tetap diperhatikan.



BAB V
PENUTUP


Kesimpulan

1.      Berastagi adalah tujuan wisata yang sangat menarik dan memiliki ciri khas dalam pengembangan wilayah sektor pariwisata.
2.      Posisi Brastagi sangat strategis menjadi tempat singgah dan sejumlah tempat wisata mudah diakses.
3.      Brastagi juga selain memiliki tempat wisata juga penghasil buah, sayur, dan bunga.
4.      Pengembangan potensi sektor pariwisata yang baik akan menyejahterakan masyarakat kota Brastagi.
5.      Masih rendahnya kesadaran dari pihak pemerintah maupun masyarakat Brastagi untuk meningkatkan sector pariwisata

Saran

Meningkatkan penggalakan penyuluhan kepada masyarakat Brastagi dalam Pengembangan Potensi Sektor Pariwisata sehingga pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama selain untuk meningkatkan pendapatan daerah juga berimbas dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Brastagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar