HELMUD PUTRA ANAS HUTASOIT
NIM : 101201164
KELAS : HUT 5D
=======================================================
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH BERASTAGI DI BIDANG PARIWISATA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia
terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia serta dua samudera
yaitu samudera Hindia dan Pasifik. Negara ini mempunyai begitu banyak pulau,
baik besar maupun kecil memiliki berbagai macam keindahan baik darat maupun
laut yang sangat menarik untuk dinikmati. Indonesia yang kaya akan sumber daya
alam juga memiliki keanekaragaman kesenian dan budaya di setiap daerah membuat
suatu daerah mempunyai suatu ciri khas yang dapat dipamerkan ke daerah-daerah
lain bahkan ke mancanegara. Ciri khas yang dimiliki suatu daerah tersebut
dijadikan sebagai tempat wisata yang menarik. Pariwisata dapat
didefinisikan sebagai suatu perjalanan dari satu tempat menuju tempat lain yang
bersifat sementara, yang biasanya dilakukan orang-orang yang ingin menyegarkan
pikiran setelah bekerja terus dan memanfaatkan waktu libur dengan menghabiskan
waktu bersama keluarga untuk berekreasi. Alasan seseorang berwisata diantaranya
dikarenakan adanya dorongan keagamaan seperti berekreasi ke tempat-tempat suci
agama untuk mendalami ilmu tentang agama dan ada juga yang bertujuan untuk
berolahraga atau sekedar menonton pertandingan olahraga (Spillane,1987).
Gambar. Brastagi |
Brastagi merupakan daerah tujuan
wisata yang memiliki fasilitas lengkap di Tanah Karo, seperti hotel berbintang,
restoran, golf dan lain-lain sampai kepada hotel yang tarifnya relatif dapat
terjangkau. Brastagi juga dikenal dengan julukan kota “Markisa & Jeruk
Manis”.
Dari kota
“Markisa & Jeruk Manis” Brastagi, para pengunjung akan menikmati pemandangan
yang indah ke arah pegunungan yang masih aktif, yaitu gunung Sibayak dan gunung
Sinabung.Untuk mendaki gunung Sibayak diperlukan waktu lebih kurang 3 jam
perjalanan dan kita bisa menikmati pemandangan yang indah di pegunungan
tersebut atau perlu waktu 3 sampai 4 jam perjalanan di hutan untuk melihat
kekayaan alam di dalamnya baik flora maupun fauna di sekitar hutan tersebut.
Selain
buah-buahan, Brastagi juga terkenal sebagai penghasil berbagai jenis
sayur-sayuran, buah-buahan dan bunga-bunga. Di kota Brastagi dilaksanakan
beberapa peristiwa pariwisata antara lain “Pesta Bunga & Buah” dan festival
kebudayaan “Pesta Mejuah-juah” yang diadakan setiap tahun. Tanah Karo juga
memiliki tradisi yang telah turun temurun dilakukan yaitu “Kerja Tahun” yang
diselenggarakan setiap tahun oleh orang-orang Karo yang tinggal di daerah
tersebut ataupun yang sudah merantau datang kembali ke perkampungan yang
memiliki hubungan keluarga untuk saling berkunjung dan bersilaturahmi.
Tujuan
Untuk
mengetahui Pola dan Struktur pertumbuhan ekonomi sektor-sektor unggulan dan
potensial yang layak dikembangkan sebagai penggerak perekonomian di wilayah
Brastagi kabupaten Karo.
Masalah
1.
Lemah/ tidak
efektifnya promosi.
2.
Belum
memadainya sarana dan prasarana pendukung yang ada.
3.
Kualitas
sumberdaya manusia yang belum memadai.
BAB II
POTENSI
Suasana alam yang hijau dari pantulan dedaunan lereng
gunung Rangkap Sibayak (lebih dikenal gunung Sibayak), menjadikan kota Brastagi
sejuk dan dibanjiri wisatawan. Barisan bukitnya berikut hamparan ladang
pertanian, selalu siap menyejukan mata pengunjungnya. Brastagi yang kaya hasil
agroindustrinya, menjadi pilihan tepat lokasi wisata andalan pendukung Danau
Toba dan Pulau Samosir yang selama ini menjadi trade mark Sumatera Utara.
Brastagi sendiri berada di lereng gunung Sibayak sebelah selatan, secara
administratif berada di wilayah Kabupaten Tanah Karo dengan ibu kotanya Kaban
Jahe.
Posisi Brastagi sangat strategis menjadi tempat
singgah, selain karena sejumlah tempat wisata mudah diakses, sarana perhotelan
pun cukup lengkap disini. Hotel-hotel banyak dijumpai dengan harga bervariasi,
dengan menawarkan desain yang rata-rata khas penduduk setempat. Namun
pengunjung pun tetap diberikan pilihan untuk memilih hotel dan villa yang secara
historis merupakan warisan masa penjajah.
Jarak Bratagi untuk menuju Gunung Sibayak hanya 7 Km,
posisi itulah juga membuat para pendaki memilih Kota Markisa ini, sebagai
alternatif terdekat untuk mencapai puncak gunung yang berada di ketinggian
2.094 meter dpl itu. Dengan infrastruktur yang tersedia kendaraan tetap bisa
digeber hingga mendekati puncak gunung yang dikenal keindahan alamnya itu. Di
atas puncak gunung Sibayak, dapat disaksikan danau kawah yang memiliki luas 200
x 200 meter, yang dilengkapi solfatara penghasil belerang yang bersuhu hingga
119,6 derajat celsius dengan suhu udara disekitarnya 21 derajat celsius. Selain
puncak gunung Sibayak, kita bisa melihat puncak gunung Sinabung yang memiliki
ketinggian 2.451 meter dpl, arah sebelah barat.
Tak hanya itu, tak jauh dari Brastagi, ke arah puncak
Sibayak juga dapat dijumpai lokasi Wisata Sumber Air Panas Lau Debuk-Debuk,
Berada di wilayah desa Daulu dan Semangat Gunung, sumber air hangat ini,
mengalir dengan temperatur air 35 derajat celsius muncul melalui retakan aliran
lava pada lereng gunung api yang kemudian ditampung dalam kolam pemandian. Para
pendaki biasanya memanfaatkan kolam air panas ini untuk melepaskan kepenatannya
selama perjalanan.
Sementara pada hulu mata air panas yang mempunyai temperatur hingga diatas
150 0C itu, dapat disaksikan pula lokasi pembangkit tenaga listrik. Para
pengunjung dapat menyaksikan proses alam pembangitan energi listrik dari uap
panas bumi ini yang konon memberikan energi yang bebas polusi pada atmosfir
ataupun pada air, bahkan dianggap tidak mengakibatkan dampak radioaktif.
Brastagi, juga memiliki tempat wisata perbukitan, yang
dikenal dengan wisata Bukit Gundaling yang berjarak hanya 3 Km. Untuk mencapai
bukit tersebut dapat dilakukan dengan berjalan kaki atau menggunakan sado,
yaitu sebuah kendaraan khas yang ditarik seekor kuda. Bukit ini menawarkan
keindahan tamannya yang cocok untuk bersantai sealigus berolahraga. Dari puncak
bukit ini kita bsia menikmati panorama gunungapi Sibayak dan gunungapi Sinabung
dengan aktifitas vulkaniknya yang mengagumkan.
Sementara itu Objek Wisata Tongging juga menawarkan
keindahan di Brastagi, berada di sebelah selatan lebih kurang 35 km dari
Brastagi terletak persis dipinggiran danau Toba. Dari lokasi ini sangat bebas
dan indah memandang hamparan air danau Toba yang biru dikelilingi untaian bukit
dan gunung hingga mengitari pulau Samosir. Panorama yang khas ini diperindah
lagi dengan puncak gunung sipiso-piso dan air terjun Tongging di sebelah kiri
dan kanannya, memperlihatkan panorama yang menakjubkan.
Kampung Lingga, tidak hanya wisata alam yang
ditawarkan Brastagi, namun juga wisata budaya yang kaya akan seni tradisi juga
menjadi andalan kota ini. Berjarak sekitar 16 km ke arah selatan dari Brastagi,
tepatnya di kampung Lingga, ditawarkan wisata budaya kampung Karo, yaitu sebuah
daerah yang merupakan tempat warisan etnis Batak Karo yang masih memegang adat
secara teguh. Di kampung ini, dapat dinikmati tarian tradisional Batak Karo dan
rumah-rumah tradisional Batak Karo, yang diperkirakan berusia 250 tahun,
berikut ciri dan bentuknya yang khusus. Bangunan tradisional, seperti rumah
adat, jambur atau tempat musyawarah, geriten yaitu tempat penyimpanan kerangka
mayat, lesung, dapat disaksikan disini berikut culturnya adat-istiadat yang
masih dipegang secara utuh, semuanya melengkapi Brastagi menjadi lebih utuh,
sekaligus sebagai wisata budaya.
BAB III
ANALISIS
Dapat
dikatakan bahwa industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi
suatu negara karena melalui pembangunan industri tersebut dapat diharapkan akan
dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi dan pada gilirannya nanti dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Jadi jelasnya
pembangunan industri akan dapat menciptakan kesempatan kerja, yang sekaligus
dapat menampung angkatan kerja yang terus- menerus meningkat setiap tahunnya.
Dalam perencanaan penyerapan tenaga kerja, dengan melalui penambahan modal
dalam setiap aktifitas pembangunan akan memberikan dampak positif terhadap
perkembangan penyediaan lapangan kerja yang cukup besar. Penyediaan lapangan
kerja tersebut dapat dilakukan dengan menghasilkan barang dan jasa dimana
kegiatan tersebut memerlukan faktor- faktor produksi sehingga dengan adanya
proses produksi dapat menciptakan lapangan kerja (Suroto, 1980).
Secara umum ada beberapa keuntungan yang diharapkan dapat diperoleh dalam
pengembangan sektor pariwisata antara lain sebagai berikut: peningkatan
pertumbuhan urbanisasi sebagai akibat adanya pembangunan prasarana dan sarana
kepariwisataan dalam suatu wilayah atau daerah tujuan, kegiatan beberapa
industri yang berhubungan dengan pelayanan wisatawan seperti perusahaan
angkutan, akomodasi, perhotelan, restoran, kesenian daerah, perusahaan meubel
dan lain- lain, meningkatkan produk hasil kebudayaan disebabkan meningkatnya
konsumsi oleh para wisatawan, menyebabkan pemerataan pendapatan, meningkatnya
kesempatan kerja dan berusaha, salah satu usaha pemerintah dalam rangka
meningkatkan penghasilan devisa negara, memperluas pasaran barang- barang yang
dihasilkan dalam negeri, pariwisata dapat memulihkan kesehatan baik jasmani
maupun rohani serta dapat menghilangkan prasangka dan kepicikan, membantu
terciptanya saling pengertian antara penduduk yang datang dengan penduduk
negara yang dikunjunginya.
Menurut R.S
Darmajadi (Pengantar Pariwisata, 2002) menyatakan bahwa: Industri pariwisata
merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama
mengahasilkan produk – produk maupun jasa pelayanan atau service yang nantinya
baik langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan wisatawan nantinya.
Pengertian
industri pariwisata akan lebih jelas bila kita mempelajari dari jasa atau
produk yang dihasilkan atau pelayanan yang diharapkan wisatawan ketika
melakukan perjalanan. Dengan demikian akan terlihat tahap – tahap wisatawan
sebagai konsumen yang memerlukan pelayanan tertentu.
Pengertian pariwisata menurut Youti (1985) menyataan bahwa: “Pariwisata adalah
suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan
dari satu tempat ke tempat yang lain dengan maksud bukan untuk berusaha atau
mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata- mata untuk
menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi
keinginan yang beraneka ragam”
Selanjutnya
pengertian pariwisata dikemukakan oleh Pendit (1965) menyatakan bahwa:
“Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan bergeraknya manusia
dan benda yang membawa dinamika dalam kehidupan”
Manusia bukan saja merupakan faktor produksi (economic resources) tetapi
juga merupakan sasaran (objectives) dalam pembangunan nasional.
Pemanfaatan SDM secara efektif untuk mengelola kekuatan ekonomi potensial (SDA)
dengan bantuan peralatan modal (dana). Teknologi merupakan sasaran strategis
dalam sub sistem ekonomi yang harus dibina dan dikembangkan.
Analisis ekonomi Harros dan Domar mengatakan bahwa, apabila penduduk bertambah
maka pendapatan per kapita akan berkurang, kecuali bila pendapatan rill
bertambah. Selanjutnya bila angkatan kerja bertambah, maka output juga harus
bertambah untuk mempertahankan kesempatan kerja penuh dan bila ada investasi
maka pendapatan rill juga harus bertambah untuk mencegah adanya kapasitas
menganggur (Irawan W. Suparmoko).
Sasaran pembangunan dewasa ini adalah meningkatkan pembangunan industri yang
relative padat karya dalam rangka penanggulangan masalah ketenagakerjaan.
Akhir- akhir ini pertambahan angkatan kerja yang berlangsung jauh lebih besar
dibandingkan dengan kemampuan menyerap tenaga kerja, ini dikarenakan semakin
berkembangnya sistem padat modal (Priyono Tjiptoheriyanto, 1982).
Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor perekonomian. Sektor yang
mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa yang relatif
besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Demikian pula
dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap tenaga kerja. Perbedaan laju
pertumbuhan tersebut mengakibatkan dua hal. Pertama, terdapat perbedaan laju
peningkatan produktivitas kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara
berangsur-angsur terjadi perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja
maupun dalam kontribusinya dalam pendapatan nasional (Payaman Simanjuntak,
1985). Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini
adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor
perekonomian.
Pariwisata menjadi sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai
sektor andalan, karena sebagai sebuah industri, pariwisata banyak membawa efek
(multiplier effect) dalam pembangunan di berbagai sektor serta
diyakini sebagai sebuah industri masa depan yang mampu meningkatkan kualitas
hidup masyarakat ke arah yang lebih baik. Di banyak negara, kepariwisataan
merupakan sektor penting sebagai katalisator perkembangan perekonomian, sebab
industri pariwisata dipercaya dapat meningkatkan devisa negara (foreign
exchanges) dan sekaligus dapat menyedot kesempatan kerja bagi masyarakat setempat
(Yoeti, 1997).
BAB IV
PELUANG DAN TANTANGAN
Beberapa hal
yang dapat menjadi peluang bagi pengembangan pariwisata saat ini, antara lain
adalah:
Pertama,
turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar, dapat memicu meningkatnya
jumlah wisatawan (Kedaulatan Rakyat, 6 Agustus 1998:5). Pernyataan
ini dapat dibenarkan karena dengan turunnya nilai mata uang rupiah
memungkinkan biaya-biaya yang dikeluarkan wisman jauh lebih rendah dibanding
sebelumnya. Dengan demikian hal ini merupakan peluang yang akan dimanfaatkan
oleh wisman maupun penyelenggara pariwisata untuk mengembangkan pariwisata
dengan lebih mudah.
Kedua,
adanya kecenderungan pihak wisawan asing dewasa ini untuk berwisata dalam
dimensi tradisonal, seperti mengunjungi desa-desa yang memiliki keunikan baik
untuk sekedar mengunjungi maupun untuk wisata ilmiah (Suara Pembaruan, 30
Januari 1999). Kecenderungan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh
Indonesia yang masih memiliki banyak desa tradisonal serta berbagai obyek
penelitian. Peluang ini selain kurang membutuhkan modal yang besar, wisata
ilmiah juga dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi Indonesia.
Ketiga,
jumlah penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih dari 200 juta, juga merupakan
peluang pasar yang baik selain para wisatawan asing. Hal ini didukung oleh data
dari hasil Sensus Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS menunjukkan adanya
peningkatan wisatawan dalam negeri dari 1991 hingga 1994 sebesar 22,8%, pada
tahun 1991 sebanyak 64,5 juta orang pada tahun 1994 menjadi 83,9 juta orang
(Kedaulatan Rakyat, 21 Agust. 1998:5)
Keempat,
data yang diperoleh dari BPS (1999) menunjukan bahwa jumlah angkatan kerja di
Indonesia pada tahun 1999 adalah 94.847.178 orang, jumlah yang bekerja:
88.816.859 orang dan yang tidak bekerja: 6.030.319 orang. Angkatan kerja yang
belum bekerja ini diharapkan dapat terserap dalam sektor pariwisata.
Kelima,
adanya kecenderungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek),
transportasi, komunikasi dan informasi yang terus meningkat dapat membuka peluang
bagi pengembangan pariwisata. Walaupun mungkin kondisi Iptek, transportasi, dan
lain-lain tersebut, saat ini belum memadai tetapi kecenderungan kemajuan telah
memberikan kemungkinan bahwa di waktu yang akan datang, akan lebih baik. Dengan
kemajuan komunikasi, transportasi dan informasi serta semakin maraknya
pembangunan lembaga-lembaga pendidikan pariwisata di seluruh Inodensia,
diharapkan dapat mempersiapkan SDM yang lebih baik serta membuka peluang yang
luas untuk bekerjasama dengan berbagai pihak di dalam dan di luar negeri,
terutama antara antara DTW dengan negara-negara yang potensial.
Walaupun
telah terbuka peluang-peluang sebagaimana dikemukakan di atas, pengembangan
pariwisata pada saat ini maupun yang akan datang akan diperhadapkan pada tantangan-tantangan,
sebagai berikut :
Pertama,
adanya berita-berita tantang kerusuhan, kebakaran hutan, dan kondisi lain yang
kurang baik di Indonesia cukup menjadi komoditas yang laku dijual oleh
negara-negara yang kurang senang dengan Indonesia. Contoh kasus berita tentang
kebakaran hutan di Kalimantan dan kerusuhan tanggal 13-14 Mei 1998, diberitakan
setiap saat oleh siaran Amerika dan Eropa sehingga cukup pengaruh bagi pasar
wisata, bahkan pada waktu itu, beberapa negara potensial melarang warganya
berkunjung ke Indonesia (Kedaulatan Rakyat, 6 Agustus 1998:5). Hal ini
merupakan tantangan bagi Indonesia untuk segera menciptakan keamanan. Keamanan
merupakan hal yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan baik dari dalam maupun luar
negeri. Karena itu diharapkan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah
dengan seluruh komponen bangsa dalam menciptakan keamanan.
Kedua,
sistem informasi yang kurang memadahi juga tantangan yang perlu mendapat
perhatian serius dalam pengelolaan pariwisata. Hal ini menjadi penting agar
pengalaman masa lalu tidak terulang. Akibat sistem informasi yang kurang
memadahi pandangan dunia terhadap Indonesia menjadi miring, celakanya lagi
ketika Jakarta atau daerah-daerah tertentu rusuh, dunia menganggap bahwa
seluruh Indonesia rusuh sehingga mengeluarkan larangan berkunjung ke Indonesia.
Padahal DTW bukan hanya ada satu di Indonesia, dan belum tentu semua DTW
mengalami kerusuhan secara serentak. Untuk itu maka diperlukan suatu sistem
informasi yang profesional, mantap visinya serta terampil dan cekatan dalam
gerak langkahnya. Sistem informasi ini antara lain bertugas untuk memberikan
klarifikasi, sekaligus secara proaktif menyiapkan dan memberikan informasi
tentang obyek wisata, kesiapan sarana, prasarana dan lain-lain. Selain itu,
juga dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan pariwisata di Indonesia ke
negara-negara lain.
Ketiga,
masalah SDM merupakan tantangan yang cukup berat bagi pengembangan pariwisata,
karena SDM sangat menentukan segala sesuatu yang perhubungan dengan pariwisata.
Pariwisata sangat mementingkan profesionalisme baik dalam pengelolaan investasi
maupun dalam bidang perhotelan, transportasi, komunikasi dan informasi. Selain
itu, walaupun pariwisata telah membuka peluang pasar bagi sektor-sektor lain,
akibat dari rendahnya SDM peluang tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal. SDM yang rendah dapat menyebabkan mutu barang-barang kerajinan
menurun, teknik pemasaran kurang tepat, kurang tepat membaca trend pasar, dan
lain-lain.
Keempat,
akibat rendahnya SDM dan kurangnya modal dalam negeri akan membuka kemungkinan
bahwa pariwisata akan dikuasai oleh pihak asing yang memiliki SDM yang lebih
baik dan lebih siap dari segi modal. Untuk itu dibutuhkan upaya-upaya khusus
untuk menghindari hal tersebut.
Kelima,
belum meratanya arus penerimaan wisatawan, di mana ada DTW tertentu sangat
ramai dikunjungi wisatawan sementara itu DTW yang lain sangat sepi.
Peristiwa ini mengindikasikan bahwa selain kurang menarik, dapat terjadi karena
belum diketahui oleh wisatawan. Tantangan ini perlu dihadapi antara lain dengan
meningkatkan promosi dan melakukan upaya-upaya tertentu agar DTW yang kurang
menarik menjadi DTW yang senangi oleh para wisatawan.
Keenam,
adanya kemungkinan pariwisata dapat merusak budaya, seperti pergeseran nilai
upacara adat yang dapat mengarah kepada komersialisasi, timbulnya industri
seks, dan sebagainya. Hal ini harus diwaspadai dengan agar keutuhan dan
nilai-nilai budaya tetap diperhatikan.
BAB V
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Berastagi adalah
tujuan wisata yang sangat menarik dan memiliki ciri khas dalam pengembangan
wilayah sektor pariwisata.
2.
Posisi Brastagi sangat strategis menjadi tempat singgah dan sejumlah tempat
wisata mudah diakses.
3.
Brastagi juga selain memiliki tempat wisata juga penghasil buah, sayur, dan
bunga.
4.
Pengembangan potensi sektor pariwisata yang baik akan menyejahterakan
masyarakat kota Brastagi.
5.
Masih rendahnya kesadaran dari pihak pemerintah maupun masyarakat Brastagi
untuk meningkatkan sector pariwisata
Saran
Meningkatkan
penggalakan penyuluhan kepada masyarakat Brastagi dalam Pengembangan Potensi
Sektor Pariwisata sehingga pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama selain
untuk meningkatkan pendapatan daerah juga berimbas dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Brastagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar